LAMONGAN lintasjatimnews – Setiap tahun, umat Islam menyambut bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriyah yang penuh keberkahan dan sejarah. Di antara hari-hari istimewa dalam bulan ini, tanggal 10 Muharram atau yang dikenal dengan Hari Asyura memiliki tempat tersendiri dalam ajaran Islam.
Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di hari ini adalah puasa sunnah. Namun sayangnya, di tengah dinamika kehidupan modern, ajakan untuk berpuasa 10 Muharram sering kali terlewat di kalangan anak muda.
Padahal, jika kita telaah lebih dalam, puasa Asyura bukan sekadar rutinitas ibadah, tetapi momentum refleksi diri. Perwujudan semangat hijrah spiritual yang sangat relevan dengan jiwa muda penuh semangat dan pencarian jati diri.
Mengapa 10 Muharram Istimewa?
Hari Asyura memiliki banyak peristiwa sejarah penting dalam Islam. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa AS dan Bani Israil yang diselamatkan dari kejaran Fir’aun, yang tenggelam di Laut Merah. Nabi Muhammad SAW ketika berhijrah ke Madinah melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura sebagai bentuk syukur atas keselamatan tersebut. Maka beliau bersabda:
“Aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu Nabi SAW pun berpuasa dan menganjurkan umat Islam untuk berpuasa di hari itu.
Puasa Asyura juga mengandung keutamaan luar biasa. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Bayangkan, hanya dengan satu hari puasa, kita mendapat ganjaran penghapusan dosa selama setahun! Ini adalah kesempatan emas, terlebih bagi kita para anak muda yang masih dalam proses belajar dan memperbaiki diri.
Momentum ini sangat tepat untuk memperbarui niat dan memperkuat spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
Generasi muda sering kali diidentikkan dengan energi, semangat, dan kreativitas. Namun, di sisi lain, anak muda juga rentan terhadap distraksi, gaya hidup instan, dan terkadang jauh dari nilai-nilai spiritualitas.
Di sinilah pentingnya ajakan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai ibadah sederhana namun berdampak besar seperti puasa 10 Muharram.
Menjalankan puasa Asyura bukan hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih disiplin, menguatkan kontrol diri, dan mempertebal keimanan. Semua itu adalah pondasi penting untuk menghadapi tantangan zaman, baik dalam hal karier, pendidikan, maupun kehidupan sosial.
Menjadikan Ibadah Sebagai Gaya Hidup Keren
Anak muda masa kini sangat peduli dengan penampilan, citra diri, dan pencapaian. Maka sudah saatnya kita mempopulerkan gaya hidup spiritual sebagai sesuatu yang keren dan membanggakan.
Bayangkan jika berpuasa 10 Muharram menjadi bagian dari tren positif di lingkungan pertemananmu, komunitas sekolah, atau kampus.
Melalui media sosial, kita bisa saling mengingatkan dan menyemangati. Membuat konten ajakan puasa, berbagi kisah inspiratif, atau sekadar mengunggah kutipan hadits tentang keutamaan Asyura bisa menjadi langkah kecil yang menginspirasi banyak orang.
Karena sejatinya, menjadi anak muda yang taat dan sadar agama itu bukan kuno, tapi justru langkah berani untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Waktu terbaik untuk memperbaiki diri bukanlah nanti, tapi sekarang. Puasa 10 Muharram adalah kesempatan yang datang hanya sekali dalam setahun. Sebagai anak muda yang cerdas, bijak, dan berjiwa besar, mari kita jadikan momen ini sebagai awal kebangkitan spiritual.
Jadikan puasa Asyura bukan hanya sebagai rutinitas, tapi simbol bahwa kita siap menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah, dan lebih bermanfaat bagi sesama.
Mari buktikan bahwa menjadi anak muda yang taat itu bukan halangan untuk berkembang, justru menjadi kekuatan yang mengantarkan kita menuju masa depan yang lebih berkah dan bermakna.
Reporter Fathurrahim Syuhadi