Mahasiswa UNAIR Rampungkan Penelitian Lapangan Tentang DBD di Zona Merah Sambikerep

Listen to this article

SURABAYA lintasjatimnews – Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) rampungkan penelitian lapangan terkait dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di zona merah Sambikerep. 2/8/2025.

Dalam menjawab tantangan itu, mahasiswa Unair dari kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Komunitas 6 (BBK-6) yang ditempatkan di Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, resmi menuntaskan sebuah penelitian primer yang memetakan kondisi lingkungan, masyarakat, dan tingkat risiko penyebaran Virus Dengue di wilayah tersebut.

Riset yang terintegrasi sebagai bagian dari program unggulan KKN Unair berbasis masyarakat dan lingkungan melalui analisis “Trias Epidemiologi” (Host-Agent-Environment) yang bertajuk HEALTH-CLOPEDIA (Health Literacy–Community Based Epidemiological Dengue Analysis).

Riset ini dilakukan selama empat pekan dengan persebaran pengambilan data secara merata di seluruh wilayah kelurahan. Sambikerep sendiri diketahui berada dalam status zona merah DBD, dengan sejumlah titik rawan jentik nyamuk “Aedes Aegypti” yang belum sepenuhnya tertangani.

Penelitian ini menggabungkan tiga metode utama pengumpulan data, yang pertama adalah Pengukuran House Index (HI) melalui pengecekan jentik nyamuk di penampungan air rumah warga bersama Kader Surabaya Hebat (KSH).

Metode yang kedua adalah dengan melaksanakan Survei KAP (Knowledge, Attitude, and Practice) tentang DBD melalui kuesioner kepada Masyarakat.

Metode yang ketiga adalah dengan “Observasi Lingkungan Langsung” terhadap faktor-faktor risiko seperti kebersihan halaman, keberadaan barang bekas yang dapat menampung air, dan praktik pengelolaan limbah rumah tangga.

“Temuan kami menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap DBD belum merata. Beberapa RT di RW yang berbeda menunjukkan angka “House Index” yang cukup rendah, jauh di bawah ambang batas aman dari Kementerian Kesehatan”, ungkap Deva Fitra Firdausa Anwar, Koordinator KKN BBK-6 UNAIR Sambikerep.

Data KAP juga memperkuat temuan bahwa celah edukasi masih cukup besar terutama terkait pemahaman masyarakat soal siklus hidup nyamuk dan pentingnya intervensi rutin seperti 3M Plus.

Sementara itu, observasi lingkungan menegaskan bahwa faktor struktural seperti kepadatan permukiman, saluran air terbuka, dan minimnya drainase layak menjadi kontributor utama risiko penyebaran.

Lebih lanjut, data hasil riset ini disusun untuk dijadikan bahan laporan kepada pihak Puskesmas Sambikerep dan Kelurahan Sambikerep, serta diarahkan untuk menjadi draft rekomendasi kebijakan lokal yang berbasis bukti (evidence-based policy).

Hasil penelitian juga tengah dikaji untuk disusun sebagai naskah ilmiah yang ditargetkan terbit pada jurnal kesehatan masyarakat nasional.

“Kami tidak ingin riset ini berhenti sebagai laporan akhir KKN. Ini adalah bentuk pengabdian ilmiah yang diharapkan bisa berdampak nyata terhadap kebijakan penanggulangan DBD di tingkat kelurahan, kota, bahkan hingga nasional”, tambah Deva.

Dengan selesainya program HEALTH-CLOPEDIA, mahasiswa UNAIR menunjukkan bahwa pengabdian masyarakat dapat menjadi sarana penting untuk membangun jembatan antara dunia akademik dan kebutuhan lapangan, sekaligus menyuarakan urgensi data dalam menyusun intervensi kesehatan masyarakat yang lebih tepat sasaran.

Reporter: Winarto