Ketua LPP PWM Jatim Hadiri Wisuda Purnawiyata SMAM 9 Sedayulawas, Brondong, Menyampaikan Orasi Pendidikan

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews.com – Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LPP PWM) Jawa Timur, Dr. Pradana Boy Zulian Thobibul Fatah, S.Ag., M.A., Ph.D. menghadiri dan memberikan orasi pedidikan dalam acara wisuda Purnawiyata SMA Muhammadiyah 9 Sedayulawas, Brondong, Lamongan Tahun Pelajaran 2022/2023.

Mengawali orasinya, Boy, panggilan akrab pria kelahiran Mencorek, Boronding ini mengungkapkan bahwa dirinya saat ini harus hadir dalam acara Purnawiyata ini menjadi pengganti 28 tahun yang lalu yang tidak bisa menghadiri acara perpisahan di SMAM 9 ini karena dirinya harus mengikuti tes masuk perguruan tunggi di Malang.

“Sesungguhnya, hari ini saya diminta untuk hadir pada pukul 6.30-10.00 di Unmuh Malang karena sedang diselenggarakan uapacara dua hari besar sekaligus, yaitu Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Pendidikan Nasional. Saya diminta hadir karena saya merupakan bagian dari sepuluh dosen berpresatasi tahun 2023 di Unmuh Malang.” jelas Boy, yang sudah pernah meraih penghargaan dosen berprestasi pada tahun 2017 dan 2018 di perguruan tinggi yang sama.

Boy menjelaskan, bahwa dirinya harus izin pada panitia penyelenggara di Unmuh Malang, tidak bisa hadir dalam acara penyampaian penghargaan tersebut karena dirinya harus mengutamakan hadir di SMA Muhammadiyah 9 Brondong, almamater yang mengantarkan dirinya hingga bisa sukses di Unmuh Malang. Dirinya tidak hadir di acara penyampaian penghargaan tersebut, pasti acaranya tetap jalan, tetapi jika dirinya menggagalkan hadir di SMA Muhamamdiyah 9 Brondog tentu akan menyulitkan panitia penyelengara purnawiyata untuk mencarikan pengganti dirinya, lanjut Boy.

Sebagian dari orasi pendidikan, Boy bercerita tentang suket teki (rumput teki). Suket teki yang Boy ceritakan tentu tidak berkaitan dengan suket teki lagunya Didi Kempot tetapi suket teki yang berkaitan dengan sepuluh dosen yang berprestasi dari berbagai fakultas dan jurusan. Dua di antara sepuluh dosen tersebut ada seorang dosen kedokteran dan dosen pertanian yang bercerita tentang suket teki yang punya potensi sebagai penyembuh penyakit kanker.

Boy, yang pernah menjabat Asisten Staf Khusus Presiden bidang Keagamaan tahun 2018-2019, memaparkan bahwa Suket teki (rumput teki) yang tumbuh liar di halaman rumah atau di lahan-lahan kosong, yang biasanya dipotong dan dibuang begitu saja karena dianggap sebagai tumbuhan gulma atau tanaman liar pengganggu, melalui penelitian seorang dosen kedokteran Unmuh Malang, ternyata bisa menjad obat penyakit kanker. Penyakit kanker yang selama ini harus dilakukan kemo terapi, dengan hasil penelitian dosen kodekteran Unmuh Malang tersebut tersebut, insyaallah bisa disembuhkan dengan ekstrak suket teki. Temuan yang luar biasa.

Boy, yang sudah malang melintang di luar negeri, melanjutkan penjelasannya, bahwa temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi manusia itulah sesungguhnya esensi ilmu pengetahuan. Hal tersebut sesungguhnya sudah dikabarkan Allah melalui firman-Nya, di antaranya di dalam Quran Surat Al-Anbiya ayat 16, Allah berfirman yang artinya “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main”.

Boy juga menyitir ayat 46 Quran Surat Al-Hajj yang artinya “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati atau akal mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada”. Demikian papar dosen dan peneliti Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang

Paparan Boy tentu memotivasi 138 siswa yang akan diwisuda agar terus membangkitkan semangat menuntut ilmu dan beprestasi. Untuk bisa berprestasi di tingkat internasional harus menguasai minimal dua bahasa asing, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Menguasai ilmunya tetapi tidak menguasai bahasa asing, sulit untuk berkompetisi di luar negeri. Demikian pula, menguasai bahasa asing tetapi tidak tidak menguasai ilmunya juga sulit untuk berkompetisi di dunia unternasional.

Reporter; M. Said