Dua Macam Ibadah, Disampaikan Di Sholat Idul Fitri Umla

Listen to this article

LAMONGAN Lintasjatimnews – Ibadah Ritual dan Ibadah Sosial. Hal ini disampaikan ustadz Fakhrudin Arrozi MS. Ketua Lazismu Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) pada khutbah Idul Fitri di halaman Umla, Senin (2/5/22).

Hari raya kaum muslimin datang sebagai buah dari ibadah yang levelnya tinggi lagi berat seperti puasa ramadhan.

Dan di antara makna hari raya عيد yakni عودة إلى الله: kembali kepada Allah SWT. Sebab, salah satu nikmat terbesar Allah atas hamba-Nya di bulan ramadhan adalah (تغلق فيه أبواب جهنم) Dia menutup pintu neraka rapat-rapat sehingga barangsiapa berusaha menggapai ampunan Allah di bulan mulia itu, maka dia sesungguhnya telah kembali kepada Allah SWT, dalam keadaan yang fitri atau suci.

Ibadah

Fakhrudin mengatakan, sesungguhnya ibadah adalah ketaatan yang sukarela dan tanpa paksaan. Dirajut dengan cinta yang tulus. Pondasinya adalah pengetahuan dan keyakinan yang muaranya adalah kebahagian abadi di hari akhir nanti.  

Ibadah, kata Fakhrudin merupakan alasan mengapa kita diciptakan di muka bumi ini. Allah SWT berfirman:
‎وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون,
yang berarti: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Lantas Fakhrudin menjelaskan Ibadah didalam Islam dibagi menjadi dua, pertama ibadah ritual dan kedua Ibadah sosial.

Ibadah ritual seperti puasa, haji, zakat, dan shalat. Ibadah-ibadah tersebut tidak lain mengandung kemaslahatan bagi siapa yang mengerjakannya.
‎ (إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر)
Shalat bertujuan untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.

Dengan kita membaguskan shalat kita maka akan terbentuk sistem pencegahan internal di dalam diri kita sehingga kita tidak mudah bermaksiat kepada Allah. Karena didalam diri kita tertanam pondasi keyakinan dan mahabbah kepada Allah swt.

Berbeda dengan KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) yang merupakan ciptaan manusia bersandar pada pencegahan eksternal, sehingga seandainya tidak ada ancaman pidana dari negara terhadap para pelaku kejahatan, niscaya tidak akan ada orang yang menaati undang-undang tersebut.

Ibadah Sosial

“Kemudian yang kedua, ibadah sosial yakni bersikap jujur, amanah, adil, tidak menyengsarakan orang lain, memenuhi janji, tidak korupsi, dan akhlak terpuji lainnya,” katanya.

Dia mengisahkan, suatu ketika sepupu Rasulullah saw. Ja’far bin Abi Thalib RA. berkata kepada Najasyi, Raja Habasyah saat di tanya tentang Islam: dia menjelaskan bahwa dulunya mereka memang bangsa yang bodoh, menyembah berhala.

Lalu, Allah mengutus Rasul-Nya. Yang terkenal dengan kejujuran, dan kesucian perilakunya. Dia mengajak memeluk agama Allah, mengesakan Allah, serta meninggalkan kepercayaan nenek moyang menyembah batu dan berhala. Kami diperintah menjaga amanah, merajut silaturahim, bersikap baik terhadap tetangga, menyudahi semua perbuatan buruk dan pertumpahan darah.

Maka dapat kita simpulkan bahwa iman kepada Allah adalah akhlak. “Barangsiapa yang semakin bagus akhlaknya maka akan semakin bagus imannya kepada Allah.” Kata Ibnul Qoyyim rahimuhullah.

“Pada hakikatnya syariat yang ditetapkan Allah mengandung keadilan, rahmat, maslahat, dan hikmah. Sehingga jika ada suatu undang-undang yang bukan berasal dari syariat, maka pasti akan terdapat ketidakadilan di dalamnya, terdapat ketidak bijaksanaan di dalamnya,” pungkasnya.

Reporter: Alfain Jalaluddin Ramadlan