SURABAYA (lintasjatimnews.com) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya menggelar diskusi bersama wartawan media massa, membahas netralitas pelaksanaan Pilkada serentak di Jatim yang bertempat di Aula PWI Jatim Jalan Taman Apsari 15-17 Surabaya. (26/10/2020).
Dalam pertemuan ini pertama- tama dibuka dengan menyanyikan lagu wajib (Indonesia Raya) dan dilanjutkan dengan Do’a bersama yang dipimpin oleh Bapak Abdurrahman.
Setelah itu Ketua PWI Jatim, Ainur Rohim memberi pengarahan kepada para undangan bahwa didalam menyuseskan pilkada ini semua peran media massa harus netral, walaupun itu tidak mudah, karena berbagai aturan memposisikan media sebagai pilar demokrasi dan tidak boleh berpihak.
“Media massa harus menjadi imparsial, netral tidak boleh memihak. Bahasa lugasnya tidak boleh menjadi team sukses paslon,” ujar ketua PWI Jati. Ainur Rohim.
Sebagai contoh, misalnya ada dua pasangan calon yang diberitakan ditulis dan diterbitkan dihari yang sama, tetapi jika pasangan yang satu ditayangkan pagi atau sampai sore hari, sedangkan pasangan kedua ditayangkan meski di hari yang sama, tapi waktunya tengah malam, itu tidak adil,” katanya.
Ainur mengatakan bahwa, tanda ketidak netralan media massa yang menulis misalnya, satu paslon tayang di prime time namun paslon lainnya di luar jam itu atau non prime time.
Sedangkan menurut komisioner KPU Surabaya Naafilah Astri Swarist mengatakan peran media sangat dibutuhkan, termasuk untuk mensosialisasikan aturan pilkada di saat pandemi Covid -19, seperti saat ini, ada 12 aturan baru untuk pelaksanaan pilkada khususnya yang disampaikan kepada masyarakat.
Pihaknya berharap jika aturan-aturan baru itu dipahami, maka keikutsertaan masyarakat dipemilihan serentak lanjutan ini bisa meningkat utamanya dalam menyalurkan hak suaranya, di 9 Desember 2020 mendatang.
Dalam informasi yang disampaikan media dapat dipahami masyarakat dengan benar, apalagi KPU Surabaya menargetkan partisipasi masyarakat di pilkada serentak lanjutan ini. (Najib)
