Kesulitan Belajar Daring, Tiga Anak Di Jombang Pakai Handphone Secara Bergilir

Listen to this article

JOMBANG (lintasjatimnews.com) – Belum selesai mengikuti pemberian tugas ketika digelar pembelajaran daring, Dion Prastoyo (14), siswa kelas 3 SMP Pandaan, terpaksa menyerahkan smartphone miliknya kepada adiknya, Aril Setiawan (12), siswa baru yang kebetulan sekolahnya sama dengan kakaknya tersebut, untuk mengumpulkan tugas.

Saat melaksanakan kegiatan itu, Keke Fanila (7), murid kelas 2 SDN Marmoyo, merengek dan meminta smartphone yang sedang dipegang oleh Kakaknya, Aril Setiawan, ia pinjam untuk laporan hafalan perkalian.

Merasa masih membutuhkan ponsel pintar, Aril enggan memberikan kepada adiknya. Sontak, Keke seketika berusaha merebut smartphone yang masih digunakan Aril.

Dengan refleknya, Aril mencoba mempertahankan smartphone dengan layar yang menampilkan sebuah video pembelajaran daring tentang ilmu agama. Pemandangan unik itu terjadi lantaran ketiga anak tersebut, mengikuti pembelajaran daring bersamaan, ditengah pandemi covid 19.

Kepada wartawan lintasjatimnews.com, Tumiran, orang tua ketiga anak, mengatakan, Smartphone itu didapat dari mencari pinjaman ke tetangga sekitar. Sehari hari, ia bersama istrinya, Baisri (35) bekerja sebagai buruh tani dengan upah sebesar Rp 50 ribu perhari.

“Awal pembelajaran daring pinjam handphone ke tetangga. Saya bekerja dari pagi sampai siang. Ketika ada pembelajaran daring, saya gantian sama istri untuk nemani ketiga anak saya,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Dusun Marmoyo, Desa Marmoyo, Kecamatan Jombang, Senin siang (27/7/2020).

Selama mengikuti pembelajaran, ketiga anaknya tersebut belajar di rumah tetangganya dengan menggunakan jaringan wifi. Meski sudah memiliki gadget, Tumiran terkadang meminta bantuan tetangganya untuk mengetahui perkembangan terbaru, tugas yang sudah dikerjakan atau nantinya akan diberikan.

Mereka bisa menghabiskan waktu dua sampai tiga jam dalam pembelajaran daring. Tergantung tugas yang diberikan oleh guru dan lama penyelesaiannya.

“Bahkan para guru juga heran dengan keadaan saya karena keterbatasan handphone. Karena anak anak mengumpulkan tugas telat waktu hingga jam 11 malam,” ungkapnya.

“Pengennya anak anak segera masuk sekolah. Cita cita kami sekeluarga anak anak bisa mendapatkan pendidikan yang jauh lebih tinggi dari kami,” tuntas pria yang putus sekolah di bangku sekolah dasar tersebut.

Sementara itu, Sumandi, Sekretaris Desa, menambahkan, ada juga orang tua yang rela menjual hewan ternaknya agar anaknya tidak ketinggalan mengikuti pembelajaran daring.

“Selain itu, ada yang cari kreditan handphone murah. Bahkan ada yang sampai dipinjami wali kelas. Kondisi perekonomian soalnya,” pungkasnya. (Ramadhani)

Tinggalkan Balasan