LAMONGAN lintasjatimnews.com – Selain mengadirikan Menteri Perdangan RI di acara Silaturrahim Nasional (Silatnas) dan Tasyakuran Milad Ke-75 Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan. Panitia juga mengundang Prof. H. Hilman Latif, M.A. Ph.D. (Dirjen Haji dan Umroh Kementerian Agama RI dan Bendahara PP Muhammadiyah).
Acara bertempat di Aula KH. Abdurrahman Syamsuri, Ahad (22/10/2023). Adapun tema milad yang diusung “Revitalisasi Pesantren Karangasem Muhammadiyah sebagai Kaderisasi Ulama Berkemajuan”. Kang Hilman datang di sesi kedua tepat pukul 10.00 WIB, demikian panggilan akrabnya Pak Dirjen.
Kedatangan Dirjen Haji dan Umroh Kementerian Agama RI langsung disambut KH. Drs. Abdul Hakam Mubarok, Lc. M.Pd. dan panitia milad. Tujuan dan kegiatan utamanya untuk memberikan pencerahan tentang penyelenggaraan ibadah haji dan umroh di acara Silatnas dan Tasyakuran Milad Ke-75 Ponpes Karangasem.
Prof. Hilman menyampaikan orasinya dengan judul: Potensi Bisnis Haji dan Umroh sebagai Kekuatan Ekonomi Pesantren. Dengan mengutip Alquran dalam surat Al-hajj: 26-27, dua ayat tersebut ditafsirkan secara kontekstual dan kontemporer tentang manfaat ibadah haji bagi umat manusia, di antaranya:
“Pertama, makna spiritual diharapkan orang yang menjalankan ibadah haji akan menjadi ibadah yang mabrur. Kedua, makna sosial terjalin Ukhuwah Islamiyah yang kuat sesama kaum muslimin. Ketiga, makna ekonomi (iqtisodiyah) dalam konteks tafsir perdagangan (tijaroh),” jelas alumni S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Selanjutnya, “Pertanyaanya, apakah kita sudah mengambil manfaat ekonomi dalam pelaksanaan ibadah haji, para petani, nelayan, peternak, dan pelaku ekonomi? Padahal ayatnya sudah jelas ‘Liyasyhadu manaafia lahum’, artinya agar mereka menyaksikan/menghadirkan berbagai manfaat untuk mereka,” jelas Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
“Kebutuhan makan jamaah haji setiap tahun berjumlah 25 juta kotak yang bahan-bahannya semuanya diperoleh dari negara-negara lain. Saat ini Indonesia belum bisa menyediakan kebutuhan logistic makanan dengan jumlah yang cukup besar, artinya kita belum bisa menghadirkan manfaat ibadah haji secara ekonomi,” ujar pria lulusan S3 dari Utrecht University Belanda.
Lebih lajut, Prof. Hilman merinci negara-negara yang sudah memanfaatkan ibadah haji, seperti; Malaysia (beras pandan wangi), Thailan (beras rojo lele, bumbu rendang, sayur mayur), India dan Pakistan (bumbu kunig), Brazil (daging ayam), Amerika Latin (buah-buahan), Australia (dagung sapi), Eropa dan Afrika (daging kambing).
Dengan berkelakar, Prof. Hilman melanjutkan, “Indonesia dapat apa? Alhamdulillah, dapat mabrur. Kalo memang pemahamannya hanya demikian, tidak masalah. Berangkatkan saja jamaah haji yang sebanyak-bayaknya, yang penting mabrur dan barakah. Padahal Alquran tidak menjelaskan demikian, tetapi memberikan manfaat,” pungkasnya.
Maka tantangan ke depan, lembaga pendidikan dan pesantren harus masuk dalam ekosistem ibadah haji dan umroh. Bukan hanya menyiapkan petugas dan pembimbing haji, tetapi menyiapkan SDM yang ahli di bidang manajemen keuangan, transportasi, dokter, perawat, ahli pertanian yang kuat, ahli infrasturktur, dan manifaktur sehingga mampu mengambil manfaat dalam ibdah haji.
Di Ponpes Karangasem sudah mempunyai KBIH dan KBIHU yang bertugas melakukan pembimbingan terhadap jamaah ibadah haji dan umroh. Maka tingkatkan menjadi PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah) dan PIHK (Penyelenggara Ibadah Haji Khusus) adalah kedua badan yang bertanggung jawab dalam mengorganisir perjalanan ibadah haji dan umroh bagi jamaah dari Indonesia.
“Saya berharap tahun depan Ponpes Karangasem sudah memiliki PPIU dan PIHK, karena saat ini hanya mampu untuk membimbing jamaah. Tapi belum mampu untuk mengelola dana haji, selama ini dana haji dan umroh dikelola diberikan dan diberikan kepada pihak lain,” jelasnya.
Reporter: Efendy