Anggaran Terus Mengalir ke Desa Masakambing, Namun Masih Minim Soal Pembangunan

Listen to this article

SUMENEP (lintasjatimnews.com) – Desa masakambing, kecamatan Masalembu, Sumenep, Madura, Jawa Timur merupakan suatu pulau yang berada di sebelah barat pulau Kecamatan Masalembu, (26/1/2021).

Menuju pulau desa Masakambing dari Masalembu, membutuhkan waktu yang tidak lama. Perjalanan transportasi melalui laut hanya membutuhkan waktu sekitar kurang dari 2 jam dengan menggunakan perahu kayu.

Tidak hanya sekedar pulau, desa Masakambing mempunyai beberapa ekor burung yang tidak banyak Daerah – Daerah di indonesia, bahkan dunia yang mempunyai se ekor Burung yang terkenal dengan nama Kaka Tua ( Jambul Kuning ) ini.

Mengadu nasib di tengah kerasnya birokrasi, Bantuan demi Bantun terus mengalir ke desa Masakambing, dan bahkan, para turis pun rela mendaratkan kapalnya demi melihat eloknya burung langka Kaka Tua Jambul Kuning yang sampai saat ini menjadi obyek Wisata dari berbagai Negara dan sampai manca Negara, ucap Asrianto, yang berprofesi sebagai Advokat ini (26/1/2021).

“Saya yakin pikiran kita sepakat bahwa dengan adanya bantuan yang begitu besar, ditambah adanya burung Kaka Tua jambul kuning masyarakat akan menikmati kehidupan  seperti layaknya manusia milenial saat ini, ” katanya.

Namun, kata beliau. Apa yang sedang terjadi di desa Masakambing masih belum mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai, seperti jaringan Internet, desa Masakambing tidak mampu melakukan itu.

“Entah apa yang terjadi, padahal bantuan yang turun nilainya cukup fantastis. Dan lebih parahnya lagi masyarakat masakambing belum mampu menikmati nikmatnya jalan, karna sampai saat ini pemerintah belum mampu memhubungkan jalan yang sudah di papingisasi, hingga akhirnya masyarakat masakambing harus rela berjalan dan menaiki motor dijalan yang penuh dengan resiko keselamatan, ” pungkasnya.

Ketika sebuah Musyawarah Rencana Pembangunan Desa ( Musrenbangdes ), permintaan Masyarakat sederhana sekali, yaitu mngusulkan kepada Pemerintah Desa untuk memperbaiki jalan yang sudah rusak, dan menghubungkan paping yang belum selesai.

Tapi menurutnya, dengan entengnya Pendamping Desa pada saat itu mengatakan bahwa, ” ketika permintaan masyarakat Cuma jalan untuk di paping, satu kali Bantuan turun semua jalan akan terhubung, ” tapi sampai saat ini, mbah ku sudah meninggal, nenek ku sudah meninggal, paping untuk jalan yang tadinya dikatakan ” satu kali Bantuan selesai “, tapi sampai saat ini hanyalah sebuah harapan.  Yang mungkin harapan itu akan terkubur bersama ganasnya rupiah, ungkap Asrianto.

Tidak hanya itu, PLN yang merupakan sumber penerangan bagi Masyarakat pulau desa Masakambing nampaknya menelan rasa pahit dan ke kecewaan yang di rasakan Masyarakat setempat. Sebab, PLN tidak mampu hidup bertahan selama 12 jam penerangan.

“lebih parahnya lagi, kadang hanya mampu hidup selam 3 jam saja. bayangkan, sekelas PLN hidup 3 jam ?, Saya speechlees sampai saat ini, dan pikiran saya hanya berkata bahwa yang hidup itu bukanlah lampu yang berasal dari PLN, tapi kas rakas yang di temukan di Perairan yang dipaksa untuk hidup. Kita sebagai warga masyarakat Masakambing hanya bisa berharap kepada Tuhan, karna berharap kepada Pemerintah layaknya minta angin tapi kentut lah yang kita terima. Sama-sama angin Cuma beda di bau, ” cetus Asrianto.

Namun sayang, kepala desa Masakambing ( Uyung Warsito ) saat di hubungi beberapa kali telpon selulernya kedengaran tidak aktif. (Hasan Basri)