SIMPANG EMPAT (lintasjatimnews.com) – Sejak Forum Pegiat Literasi Pasaman Barat (FPL Pasbar) berdiri, aktivitas literasi di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat makin kelihatan, terutama pada generasimudanya. Terbukti dengan peluncuran buku antologi puisi ‘Indonesia Sakti, Pusaka Kusayang’ karya 75 Pelajar se-Pasaman Barat yang dilakukan oleh FPL Pasbar pada Sabtu sore (23/1/2021) di Cafe Seven, Simpang Empat, Pasaman Barat.
Peluncuran buku Indonesia Sakti, Pusaka Kusayang dihadiri oleh para penulisnya, para pegiat literasi, guru-guru Bahasa Indonesia, dan beberapa guru penulis di Pasaman Barat, juga Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Pasaman Barat, serta para undangan. Acara berlangsung meriah dan penuh haru.
Denni Meilizon, Ketua FPL Pasbar pada acara tersebut mengatakan bahwa buku antologi puisi Indonesia Sakti, Pusaka Kusayang merupakan buku cetak perdana produksi FPL Pasbar.
“Ada 75 orang remaja pelajar yang naskah puisinya dipilih tim kurator masuk dalam antologi perdana kita ini. Temanya tentang nasionalisme dan kemerdekaan. Bagaimana Indonesia saat ini dan masa depan di mata generasimuda kita. Nah, untuk proses pracetak dan cetak penerbitan buku ini kita bekerjasama dengan penerbit Denta Publisher yang kantornya berada di Nagari Kapa Pasaman Barat. Sedangkan tim kuratornya dari FPL Pasbar. Jadi buku ini, insyaallah murni kerja bareng kita di Pasaman Barat,” kata Denni Meilizon.
Pada kesempatan yang sama, Muhammad Q Abdan Solihan, Ketua Panitia Acara mengatakan pelaksanaan kegiatan peluncuran buku tersebut telah menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, bekerjasama dengan pihak Cafe Seven.
“Jelas kita terapkan prokes. Kita sediakan cuci tangan, pengunjung kita imbau memakai masker dan duduk menjaga jarak. Alhamdulillah, acara sukses dan tertib,” kata Abdan.
Acara peluncuran buku tersebut makin dimeriahkan oleh beberapa peserta dan pengunjung yang didapuk panitia untuk tampil membacakan puisi. Termasuk guru-guru yang datang mendampingi siswa yang karyanya terbit dalam antologi puisi tersebut.
Sementara itu, Desma Enim Tanjung dari penerbit Denta Publisher tampil energik menjelaskan dengan detail bagaimana proses penerbitan sebuah buku di perusahaannya. Penjelasan tersebut sangat bermanfaat bagi pengunjung, terutama mereka yang sudah memiliki naskah, tetapi bingung untuk menerbitkannya.
Robiyanto, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Pasaman Barat yang antusias datang bersama istri, seorang guru penulis yang baru saja menerbitkan buku kumpulan cerpen, mengatakan, “Kegiatan informal dengan isi positif ini harus diusahakan digelar sesering mungkin, kalau dapat sebulan sekali. Banyak hal yang tersampaikan dalam forum terbuka, membaur, dan mengalir seperti ini. Kita dapat berdiskusi lebih jujur dan intens, terkait konsep dan kegiatan kreatif di Pasaman Barat.”
Denni Meilizon didampingi Yusuf, Pemilik Cafe Seven, menanggapi, “Kita butuh ruang untuk kreatif. Cafe Seven dengan konsep ruang terbuka dan instagramable seperti ini saya harap bisa menjadi ruang lapang bagi kawan-kawan untuk mengusung kreativitasnya ke arah yang positif. Ke depan diskusi buku dan kegiatan seni, sastra, dan budaya dapat kita jadwalkan digelar di kafe ini.”
Najwa, salah seorang penulis buku Indonesia Sakti, Pusaka Kusayang menyatakan rasa haru dan bangga atas terbitnya buku tersebut, “Ini buku pertama saya, walaupun keroyokan, yang jelas saya akan menulis lagi. Semoga nanti bisa terbit buku karya saya sendiri.” (Muhammad Fadhli)