Disbudpar Melalui UPT Taman Budaya Jawa Timur, Mengadakan Pagelaran Sandiwara Mata Hati

Listen to this article

SURABAYA lintasjatimnews.com – Dalam memperingati dan memaknai Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Jadi Taman Budaya Jawa Timur 20 Mei, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT Taman Budaya Jawa Timur akan mengadakan pagelaran sandiwara Matahati yang berjudul “KEPATEN OBOR”

Yaitu sebuah sandiwara yang bergaya tutur ludruk besutan dengan mengadapatasi cerita Animal Farm (Peternakan Hewan) sebuah novel pendek satir yang ditulis oleh George Orwell mengenai sekolompok hewan yang mengulingkan kekuasaan manusia, ditulis dimasa Perang Dunia ke II dan diterbitkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Struktur pertunjukannya diawali dari pertemuan imajinatif tokoh pergerakan Dr Sutomo dengan Gondo Durasim yang membahas keadaan zaman sekarang hingga direfleksikan pada anak-anak sekarang dengan gaya bertutur cerita keluarga binatang disebuah hutan yang dikemas dalam sebuah tontonan sandiwara musik hasil kolaborasi seniman dan pekerja seni Jawa Timur dengan sanggar-sanggar binaan Taman Budaya Jawa Timur.

Pergelaran ini mengisahkan tentang penggambaran sebuah bangsa yang melupakan sejarahnya. Berbicara tentang sebuah generasi yang semakin hari semakin tercerabut dari akarnya dengan menampilkan dialog imajinatif antara tokoh Dr. Soetomo dan Cak Durasim.

Mereka berdua meratapi apa yang menjadi keluh kesah pertiwi tentang bangsa ini. Dr. Sutomo mengajak cak Durasim sebagai pelaku seni (ludruk) untuk kembali bergerak seperti dulu kala karena sejatinya seniman dan tokoh pergerakan itu sama, yaitu sama-sama tergerak hati dan pikirannya ketika bangsa ini sedang terjadi masalah.

Pergelaran ini disutradarai oleh Heri Lentho dan para pemain yang akan memerankan tokoh, diantaranya: Nanang HP (sebagai Dr. Soetomo), Heru Pamungkas (sebagai Cak Durasim), Gita Rahayu P. (sebagai Rusmini), Hangki Kusuma (sebagai Man Gondo), Didiet (sebagai Sumo Gambar), Anisatul (sebagai Pertiwi), Yudho (Pemeran Garuda), Nasier (Pemeran Kancil), Sobirin (Pemeran Celeng), Rifai (Pemeran Anjing), Yakult (Pemeran Kuda) serta Arie Kamto (Pemeran Monyet).

Pergelaran ini juga di dukung oleh sanggar-sanggar seni yang ada di Kota Surabaya, diantaranya Sanggar Dhimar Dance Teather, Sanggar Tari Jatiwara/Gong Prada, Sanggar Tari Candik Ayu, Sanggar Tari Lab. Remo, Sanggar Tari Kalimas, Sanggar Tari Brang Wetan, Sanggar Tari Kreasi Baru.

Kali ini Heri Lentho mengusung sebuah pertunjukan kolaborasi dengan mengusung judul KEPATEN OBOR di Gedung Pertunjukan UPT Taman Budaya Jawa Timur Cak Durasim, Jl. Gentengkali 85 Surabaya, pada (20/05/2023), pukul 20:00 WIB. Dengan ratusan penonton yang hadir ikut menyaksikan secara gratis.

Pertunjukan ini juga dihadiri oleh ratusan tamu undangan dan pejabat, seperti :
• Benny Sampirwanto selaku Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Jawa Timur.
• Ali Ma’ruf., S.Sos., MM selaku Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur.
• BRM Suryo Mulyo selaku Cucu Raja Kasunanan Surakarta PB XIII.
• Dr. H. Rasiyo., M.Si selaku Budayawan dan Mantan Sekda Jatim.
• Sunarto, S.Kar., MM selaku Analis Kebijakan Publik Jatim dan Ketua Pepadi Jatim.
• Hendy Yudha selaku Budayawan dan Ketua Paguyupan Tunggak Jati Nuswantoro.

Hari Lentho menceritakan bahwa pergelaran ini mengisahkan tentang sebuah sandiwara yang bergaya tutur ludruk besutan dengan mengadapatasi cerita Animal Farm (Peternakan Hewan).

“Cerita Animal Farm (Peternakan Hewan) diambil dari sebuah novel pendek satir yang ditulis oleh George Orwell mengenai sekelompok hewan yang menggulingkan kekuasaan manusia, ditulis dimasa Perang Dunia ke II dan diterbitkan pada tanggal 17 Agustus 1945,” jelas Heri.

“Saya sengaja ambil cuwitan dari novel satir tersebut karena ludruk bagian dari penyampaian pesan sejak jaman dulu dan ludruk adalah murni hiburan haha hihi, kalau bukan haha hihi berarti ya bukan ludruk,” tegasnya.

“Harapan kami pertunjukan kali ini bisa menjadi contoh kepada generasi muda supaya jangan melupakan sejarah (jasmerah), serta memberikan sindiran dan kritikan kepada suatu pemerintahan” katanya.

“Struktur pertunjukannya diawali dari pertemuan imajinatif tokoh pergerakan Dr Sutomo dengan Gondo Durasim yang membahas keadaan zaman sekarang hingga direfleksikan pada anak-anak sekarang dengan gaya mendongeng cerita keluarga binatang yang dikemas dalam sebuah tontonan sandiwara musik hasil kolaborasi seniman dan pekerja seni Jawa Timur dengan sanggar-sanggar binaan Taman Budaya Jawa Timur,” imbuhnya.

“Penggambaran sebuah bangsa yang melupakan sejarahnya. Berbicara tentang sebuah generasi yang semakin hari semakin tercerabut dari akarnya dengan menampilkan dialog imajinatif antara tokoh Dr. Soetomo yang bakal diperankan oleh salah satu seniman (Nanang HP) dan Cak Durasim (Heru Pamungkas)” tutup Heri.

Reporter | CakBAS