SURABAYA (lintasjatimnews.com) – Sajadah lipat, bisa jadi adalah produk yang bakal banyak dipakai orang selepas pandemi. “Karyawan kantor, mahasiswa, juga siswa-siswa tentu tak ingin kecolongan tertular Covid-19 saat awal-awal masuk nanti. Mereka membutuhkan produk “new normal” namun tetap praktis”, kata Waluyohadi, salah satu dosen Desain Produk ITS. Jum’at (27/11/2020)
Sajadah batik Dolly yang bisa dilipat dan digantung di tas itu adalah salah satu dari karya inovasi hasil kolaborasi pembatik Dolly dengan para desainer dalam program Pengabdian Masyarakat ITS 2020.
Awalnya Eri Naharani Ustadzah, sebagai ketua program ini merasa terpanggil untuk berkontribusi peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya UKM terdampak pandemi Covid-19, namun tetap dengan menjaga protokol kesehatan. Tak kurang akal, dosen yang menjabat ketua laboratorium Strategic Design dan Management di almamaternya ini lalu membuat program “Pengembangan Usaha Kecil Batik di Eks Lokalisasi Dolly di Saat Pandemi melalui Program Kolaborasi, Diversifikasi Desain Produk dan Konten Digital Marketing”. Kegiatan yang awalnya direncanakan berupa pelatihan off-line, karena pandemi, diubah menjadi program kolaborasi dan dilakukan secara on-line.
Bersama Waluyohadi, Bambang Tristiono, dan Primaditya, ia menciptakan produk turunan batik yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di masa dan pasca pandemi. Dengan mengerahkan mahasiswa KKN sebagai surveyor hingga menemukan 3 ide produk yang dikembangkan yaitu: baju rumahan, baju ready to wear, dan sajadah lipat. Model kerjasamanya melibatkan pelaku UKM Batik Dolly sebagai pemasok kain batik dan menggandeng partner UKM lain di bidang desain produk dan fashion seperti : Radiya Kinan, Zorey.id, dan Aghili sebagai produsen produk turunan batik.
Kegiatan sebagai kelanjutan dari program sejak 2017 ini dilakukan dengan berbagai tahap selama 6 bulan. Diawali dengan tahap desain, pembuatan prototype produk, pola potong, sistem bisnis, lalu proses persiapan pemasaran produk yang tak lepas dari peran serta mahasiswa KKN. Adista Citra Permata, salah satu mahasiswa KKN dari 10 mahasiswa ini membuatkan sistem penghitungan harga / costing sehingga bila ada order, UKM bisa tinggal memasukkan spek order yang diinginkan dan harganya akan muncul secara otomatis.
Rencana pemasaran produk juga dilakukan secara online. Konten foto dan video yang dibuat mahasiswa ini rencananya diunggah di marketplace, channel YouTube Dosen Desain dan Instagram seperti @aghili.id @radiyakinan @zorey.id untuk mengangkat exposure batik bertema Surabaya ini. Setiap tahapan dibagi ke dalam tim-tim khusus yang selalu diawasi dan didampingi, agar dihasilkan kualitas produk yang optimal.
Upaya pengembangan produk turunan batik diharapkan berkesinambungan dan diminati masyarakat luas, sehingga bisa ikut meningkatkan penjualan batik UKM Batik Dolly sebagaimana diharapkan oleh Sutrisno, salah satu pengrajin batik di Rumah Kreatif Batik Putat Jaya. “Karena pandemi ini penjualan batik sangat menurun, sehingga perlu putar otak gimana caranya agar perekonomian tetap bertahan” Ujarnya. (Anil)