JAKARTA (lintasjatimnews.com) – Indonesia menjadi negara mayoritas beragama muslim. Tidak heran bila tersebar begitu banyak pondok pesantren. Pondok Pesantren (Ponpes) dari zaman ke zaman selalu berkembang fungsinya, mulai dari masa penjajahan, ponpes menjadi titik para pejuang dalam menentukan strategi pertempuran dan menjadi tonggak kemerdekaan Indonesia. Perkembangan ponpes tidak hanya sebagai alat perjuangan bangsa, namun juga sebagai titik peradaban bangsa. Banyak dari mereka menyandang predikat terbaik dan berjasa bagi bangsa ini. Namun miris dari sebaran pondok pesantren, masih ada sebagian yang kondisi di bawah rata-rata, mulai dari sarana hingga fasilitas yang belum memadai. Bersumber dari data Kementerian Agama, jumlah pesantren di Indonesia 27.772 dan lebih dari 50 persen di antaranya masih terkelola secara tradisional.
Peluncuran Beasiswa 1.000 Santri berlangsung secara daring pada Kamis (22/10/2020) dihadiri oleh DR. H. Waryono Abdul Ghafur, M. Ag, selaku Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama Republik Indonesia, Yayat Supriyatna, Sekretaris Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Ustadz Ahmad Shonhaji selaku Direktur Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat (BDPM) Dompet Dhuafa, dan sejumlah perwakilan Ponpes seperti Luqman Hakim Abubakar, Lc. M.P.I perwakilan dari Ponpes Alkhairaat, Boalemo, Gorontalo; Refil Mamonto dari Ponpes Hidayatullah, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Yayat Supriyatna mengatakan, “Keterbatasan biaya tidak boleh menjadi beban maupun rintangan bagi para santri. Maka itu Dompet Dhuafa dengan jiwa socioenterpreneurship harus terlibat dalam membantu meringankan beban para santri, khususnya santri yatim.Tepat di hari ini adalah Hari Santri Nasional, berkah amabah para donatur, Dompet Dhuafa meluncurkan program beasiswa 1.000 santri. Dengan adanya program tersebut, harapannya para santri dapat berprestasi. Program tersebut juga turut mengurangi angka putus sekolah, dan membawa peran santri sebagai patron atau role model untuk santri terampil di kalangan pesantrennya. Sehingga dapat membawa kemajuan bangsa hingga bersiap menghadapi tantangan global saat ini”.
Di sisi lain terdapat 4,6 juta anak usia 7-18 tahun yang putus sekolah di Indonesia, hal tersebut yang mendorong Dompet Dhuafa menggulirkan program beasiswa bagi santri di 33 Pesantren dengan cakupan 242 Santri yang tersebar di 17 Provinsi seluruh Indonesia. Adanya program beasiswa tersebut dapat mengurangi angka putus sekolah di Indonesia. Sasaran 17 Provinsi tersebut meliput Jambi, Sumatera Barat, Lampung, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimatan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Papua.
“Mudah-mudahan program Beasiswa 1.000 santri dapat meluas dan bersinergi dengan siapa saja termasuk kementrian agama. Program tersebut menjadi satu ikhtiar dalam membangun umat maupun peradaban di Indonesia dan para santri untuk bisa bersaing dalam perkembangan global di dunia. Santri terus maju, terus bergerak dan menjadi benteng Negara Kedaulatan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Ustaz Ahmad Shonhaji, selaku Direktur Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat (BDPM) Dompet Dhuafa.
Peluncuran program Beasiswa 1.000 Santri mendapat apresiasi dari sejumlah santri dan pengasuh ponpes, salah satunya Luqman Hakim Abubakar, Lc. M.P.I perwakilan dari Ponpes Alkhairaat mengungkapkan, ”Saya senang sekali bisa bertemu kembali Dompet Dhuafa. Hingga saat ini jumlah santri di kami lebih dari 1.600. Selama pandemi kami membatasi untuk belajar tatap muka dan selebihnya secara online. Kami berterima kasih kepada donatur Dompet Dhuafa yang telah memperhatikan kami, khususnya anak-anak yatim yang memerlukan bantuan di tengah pandemi seperti ini”.
Hal senada juga terlontar dari santri di Bolaang Mongondow, Mohamad Rafli, “Terima kasih para donatur dan Dompet Dhuafa yang telah peduli kepada pendidikan kami”. (Fatzry)