Gali Cerita Atlet Pencak Silat ITB AD Lamongan, Yoga: Pantang Menyerah Kunci Jadi Juara

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga bela diri asal nusantara yang selain dapat melindungi diri, olahraga ini juga dapat melatih konsentrasi. Hal itulah yang melatarbelakangi Dwi prayogo, mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan untuk menekuni pencak silat.

Mahasiswi yang berdomisi di Dusun Karangan Desa Tunggunjangir Kecamatan Mantup ini mengaku bahwa ia mengenal pencak silat sejak masih duduk di bangku kelas dua SMA. Hal ini berawal dari seringnya melihat temannya yang berlatih pencak silat.

“Berkeinginan dan tertarik juga olahraga gulat pertama kali pertandingan gulat di Kejurprov di Tuban pada Desember 2018 namun kalah di perebutan juara 3, lalu berberapa bulan ada Pekan Olahraga Provinsi Jatim yang tuan rumahnya Lamongan sendiri, juga terjun di kelas 60 kg gaya grego namun juga pupus dengan kekalahan di perebutan juara 3 dan setelah itu akhirnya dapat juara juga dikejurprov Malang pada tahun 2019 di akhir tahun di final kelas 60 gaya grego dan akhirnya mendapat juara 2,” kenang Yoga kepada lintasjatimnews (2/3/2022).

Remaja yang akrab disapa Yoga ini menuturkan, setelah kalah dari perwakilan kabupaten Magetan dan semenjak pertandingan itu munculah covid 19 dan pembekuan jadi jarang latihan dan pertandingan olahraga sempat vakum mungkin dari tahun 2020 sampai 2021 dan kemaren ikut kejurkab wushu sanda dan alhamdulilah mendapat juara 3.

Alumni SDN 1 Sukobendu ini menambahkan, Sekian lama tidak latihan tiba-tiba ada panggilan dan akan dipersiapkan untuk PORPROV JATIM 2022 dan sekarang harus mengatur waktu untuk bekerja kuliah dan juga latihan.

“Latihan rutin kalau libur kuliah, Dua sesi, sore sama malam. Satu sesi itu sekitar 2 jam,” terang Yoga yang juga alumni SMPN 1 Kembangbahu itu.

Lebih jauh, Yoga menyatakan bahwa kembali lagi pertama menyesuaikan waktu terutama harus mengerti selah-selah waktu yang kosong. Lalu pekerjaan dia jadikan 2 sif jadi sif pagi berangkat jam 6 selesai jam 3 dan jam 4 langsung kuliah lalu latihan ia kalau hari kamis, sabtu, ahad sif malam ia gunakan bekerja jam 9 malam setelah kuliah sampe jam 2 setiap pagi ia melakukan latihan dirumah jadi untuk latihan dipuslatkab hari sabtu dan ahad.

“Mungkin orang tua tidak pernah mempermasalahkan itu soalnya diberi kebebasan yang penting tidak melakukan hal yang aneh-aneh dan masih ada dijalan yang benar,” ungkap Yoga yang juga alumni SMKM 4 Lamongan itu.

Di sisi lain Yoga ini juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, “Mungkin yang pertama yaitu pengalaman dalam diorganisasi itu penting karena mungkin nanti bisa menjadi berguna untuk diri dan masyarakat, lalu mungkin ingin mempunyai relasi atau chanel teman antar kota, provinsi dan nasional dan yang terakhir yaitu mungkin menyadari bahwa kurang dibidang akademik jadi setidaknya bisa lah dinon akademik,” ungkap yang juga menjadi tukang jahit itu.

“Kalau misalnya di pertandingan kalah, jangan menyerah dan menangis. Kalau kalah tidak boleh menangis. Kalah harus introspeksi diri. Kalau menang ya jangan sombong,” tutup Yoga.

Reportase: Fathan Faris Saputro