SURABAYA lintasjatimnews – Kita tau hampir setiap orang saat ini memiliki kendaraan baik itu roda dua seperti motor dan sepeda ataupun roda empat seperti mobil pribadi ataupun angkutan umum dan juga truk. Dan yang namanya kendaraan sebegitu banyaknya bisa dipastikan akan selalu saja ada yang mengalami kerusakan di bagian roda, baik bocor, kempes karena kurang angin, ataupun pecah ban. Dan dari sanalah tercipta sebuah peluang yang sangat menjanjikan untuk dikerjakan. Sabtu (19/02/22).
Waktu saya datang, di lapak ini sudah ada dua motor yang antri untuk dilayani. Si empunya lapak, seorang laki-laki berperawakan sedikit gemuk yang mengenakan kemeja krem motif bergaris-garis kotak dan bercelana panjang training, sedang menambal ban motor. Tak lama kemudian ia menerima pembayaran jasanya. Uang itu ia masukkan ke dalam kaleng bekas tempat biskuit.
Sebut saja Cak Sudar lelaki paruh baya usia 66 tahun asal Jombang yang sudah lama menetap di Surabaya. Cak Sudar ini sudah menekuni usaha jasa tambal ban sejak dia keluar dari pekerjaannya tahun 2012, dulu dia bekerja sebagai sopir di salah satu perusahaan. Sejak keluar dari pekerjaannya, Cak Sudar mulai merintis usaha yaitu jasa tambal ban di pinggir jalan raya Sidotopo Lor sekitar 10 tahun yang lalu.
Aktivitas pekerjaan nya di mulai dari jam 05:00 pagi dan berakhir jam 09:00. Dalam wawancara dengan jurnalis lintasjatimnews, Cak Sudar mengatakan, bahwa biaya modal untuk membuka usaha ini tidak terlalu besar dan bisa disesuaikan dengan kemampuan kita, ujarnya. Usaha ini tidak membutuhkan kemampuan khusus, yang diperlukan hanya kemampuan untuk menambal ban yang bocor dan saya yakin setiap orang pun pasti bisa melakukannya asalkan memiliki niat. Tempat usaha bisa dimana saja, termasuk di pinggir jalan, depan rumah, disamping lapangan, pokoknya dimana saja asalkan dekat dengan jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang.
Untuk tarifnya sendiri Cak Sudar mematok sebesar 12.000 rupiah dalam sekali tambal ban. Itu belum termasuk pendapatan lain seperti tambah angin, ganti ban, dan lain lain. Untuk tambah angin tarifnya 2.000 rupiah. Saya rasa hasil segitu cukup lumayan sekali untuk sebuah pekerjaan yang modalnya kecil dan bisa dilakukan oleh siapa saja, kata Cak Sudar. Dari waktu buka kurang lebih 4 jam setiap harinya Cak Sudar mengantongi bersih kurang kebih rata-rata 100 ribu rupiah lebih. Bisa di bayangkan jika durasi bukanya sampai 8 jam mungkin pendapatannya bisa sampai 200.000 rupiah lebih, sungguh hasil yg gak bisa di pandang sebelah mata.
Karena tidak ada yang membantunya lagi, Cak Sudar menghidupkan compressor yaitu alat penyimpan angin. Di nyalakannya compressor, dan ia segera bergegas kembali untuk meneruskan pekerjaannya. Gesit sekali. Saya sampai takjub melihatnya, senangnya melihat seseorang yang bekerja penuh semangat dan sangat cekatan, di usia yang sudah tidak mudah lagi.
Kata Cak Sudar “daripada tinggal diam di rumah tidak ada yang di kerjakan lebih baik seperti ini, selorohnya”. Cak Sudar adalah sosok lelaki duda setengah abad lebih, istrinya sendir lebih dulu di panggil yang kuasa, dia tidak mau merepotkan anak-anaknya dan Cak Sudar berharap di beri kesehatan dan panjang umur di sisa usianya. (Ishak)