SURABAYA lintasjatimnews – Iman yang kuat adalah modal segalanya dalam menjalani kehidupan. Ia bukan sekadar keyakinan yang terucap di lisan, tetapi energi batin yang menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan.
Ketika seseorang benar-benar percaya bahwa Allah selalu hadir dalam setiap langkah hidupnya, maka ia akan mampu menghadapi apa pun dengan sabar, tenang, dan penuh harap. Di situlah iman bekerja sebagai penopang jiwa dan cahaya penuntun di tengah gelapnya ujian.
Allah Swt. menegaskan pentingnya iman sebagai sumber keteguhan hati dalam firman-Nya
“Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
(QS. Ibrāhīm: 27)
Ayat ini menunjukkan bahwa iman bukan hanya bekal akhirat, tetapi juga kekuatan nyata di dunia. Orang yang beriman akan memiliki ketenangan batin, tidak mudah goyah oleh keadaan, dan mampu berdiri kokoh saat badai kehidupan datang menerpa. Ia yakin bahwa setiap takdir Allah mengandung hikmah, meski tidak selalu mudah dipahami.
Rasulullah Saw pun menegaskan peran iman sebagai penentu kualitas hidup seorang Muslim. Dalam sebuah hadis beliau bersabda “Sungguh menakjubkan perkara orang beriman. Semua urusannya baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa iman menjadikan seseorang selalu berada dalam kebaikan. Saat lapang, iman melahirkan syukur. Saat sempit, iman menumbuhkan sabar.
Dua sikap inilah yang membuat hidup seorang mukmin senantiasa bernilai ibadah.
Iman yang kuat juga mendekatkan kita kepada Allah. Semakin dalam keimanan seseorang, semakin ia merasakan kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupannya. Ia tidak merasa sendiri dalam doa, tidak merasa hampa dalam sujud, dan tidak putus asa dalam cobaan.
Dari kedekatan inilah lahir kekuatan terbesar yang tidak bisa diberikan oleh harta, jabatan, atau kekuasaan apa pun.
Buya Hamka, seorang ulama dan pemikir besar Islam Indonesia, pernah menyampaikan mutiara iman yang sangat dalam maknanya. Beliau berkata bahwa “Iman itu bukan sekadar percaya, tetapi keberanian hidup menghadapi kenyataan karena yakin Allah tidak pernah salah dalam menetapkan takdir.”
Mutiara iman Hamka ini mengajarkan bahwa iman sejati melahirkan keberanian, bukan ketakutan. Keberanian untuk jujur, sabar, dan tetap berjalan lurus meski jalan terasa berat. Iman menjadikan seseorang tegar tanpa sombong dan rendah hati tanpa minder.
Oleh karena itu, iman perlu terus dipelihara dan ditumbuhkan. Ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kelalaian. Menjaga iman berarti menjaga shalat, memperbanyak doa, membaca Al-Qur’an, dan melatih diri untuk selalu bersyukur serta bersabar dalam setiap keadaan.
Semoga iman kita terus bertambah, menguatkan langkah kita dalam menjalani kehidupan, dan akhirnya mengantarkan kita ke jalan yang diridai Allah Swt. Aamiin yā Rabbal ‘ālamīn.
Reporter Fathurrahim Syuhadi








