LAMONGAN lintasjatimnews – Hari Ibu bukan sekadar peringatan seremonial yang dirayakan dengan bunga, ucapan, atau rangkaian acara tahunan. Lebih dari itu, Hari Ibu adalah momentum refleksi mendalam tentang peran strategis perempuan dalam mendidik, membimbing, dan membentuk generasi masa depan.
Sulistiyowati, SST, Bdn, M.Kes
Dosen S1 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) mengatakan
sebagai seorang dosen sekaligus seorang ibu, Hari Ibu memiliki makna yang sangat personal, penuh tanggung jawab, sekaligus sarat nilai pengabdian.
Lanjutnya, sebagai ibu, perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari rahim kasih sayang seorang ibu, nilai-nilai kehidupan mulai ditanamkan sejak dini: kejujuran, empati, tanggung jawab, kedisiplinan, serta keteguhan iman.
Pendidikan seorang ibu tidak selalu hadir dalam bentuk nasihat panjang, melainkan melalui keteladanan sehari-hari yang konsisten. Cara ibu bersikap, berbicara, dan mengambil keputusan menjadi pelajaran hidup yang paling membekas bagi anak.
“Bagi saya, mendidik anak di rumah adalah proses membentuk manusia seutuhnya. Bukan hanya cerdas, tetapi juga berakhlak dan memiliki kepekaan sosial,” ungkap Kandidat Doktor Universitas Negeri Semarang
Dengan kesabaran dan cinta tanpa batas, seorang ibu membimbing anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan mampu menghadapi dinamika kehidupan. Pendidikan keluarga inilah yang menjadi fondasi utama bagi pembentukan karakter, jauh sebelum anak mengenal ruang kelas formal.
Di sisi lain, peran sebagai dosen menghadirkan tanggung jawab yang tidak kalah besar.
“Di lingkungan perguruan tinggi, dosen sejatinya adalah ibu intelektual bagi mahasiswanya,” ujar
Pengampu Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana
Tugas dosen tidak berhenti pada transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mencakup pembentukan cara berpikir kritis, sikap profesional, dan karakter calon tenaga kesehatan yang kelak terjun langsung di tengah masyarakat.
Melalui mata kuliah Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana, mahasiswa tidak hanya dibekali konsep ilmiah dan keterampilan kebidanan, tetapi juga nilai kemanusiaan, empati, serta etika profesi. Mahasiswa diajak memahami bahwa pelayanan kesehatan perempuan adalah amanah yang menuntut kepekaan nurani, tanggung jawab moral, dan integritas.
“Ilmu tanpa nilai kemanusiaan akan kehilangan makna. Karena itu, saya berupaya menghadirkan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memanusiakan,” tegas anggota LSBO PDM Lamongan ini
Bagi Sulistyowati, mendidik mahasiswa adalah bentuk pengabdian yang harus dilakukan dengan hati. Kejujuran akademik, integritas, disiplin, dan semangat melayani masyarakat harus menjadi nilai yang hidup, bukan sekadar teori di ruang kuliah. Pengalaman keibuan justru memperkaya peran dosen perempuan dalam membangun relasi edukatif yang humanis dan bermakna.
Makna Hari Ibu bagi dosen sekaligus ibu terletak pada harmoni dua peran mulia tersebut. Di rumah, mendidik dengan cinta dan keteladanan. Di kampus, membimbing dengan ilmu dan tanggung jawab akademik. Keduanya bukan peran yang saling bertentangan, melainkan saling menguatkan sebagai ladang amal dan pengabdian sepanjang hayat.
“Hari Ibu mengingatkan kita bahwa peran perempuan dalam pendidikan—baik di lingkungan keluarga maupun dunia akademik—adalah fondasi utama kemajuan bangsa. Dari tangan, hati, dan pikiran seorang ibu dan dosen, lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral, berkarakter kuat, dan berakhlak mulia,” pungkas dosen yang memiliki keahlian sebagai MC ini
Reporter Fathurrahim Syuhadi








