Menanam Cahaya Nalar dalam Perkaderan IMM

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Pelatihan Kader (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) digelar bertempat di Gedung STIT Muhammadiyah Paciran lantai 3, Jumat [19/12/2025)

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh kader IMM STIT Muhammadiyah Paciran sebagai bagian dari ikhtiar penguatan nilai, intelektualitas, dan arah perjuangan kader di tengah derasnya arus isu modern.

Perkaderan IMM tidak dipahami sekadar sebagai agenda seremonial, melainkan ruang pembentukan karakter dan kesadaran intelektual mahasiswa Islam. Di tengah kebisingan informasi dan cepatnya perubahan zaman, PK IMM hadir sebagai ruang refleksi sekaligus penguatan jati diri kader agar tetap berpijak pada nilai keislaman dan keilmuan.

Ketua IMM, Muhammad Puji Al Hamdani, hadir sebagai pemateri utama. Dalam penyampaiannya, ia menegaskan bahwa kader IMM hidup di era yang riuh oleh informasi, namun sering kali miskin kedalaman makna. Media sosial menawarkan kecepatan, tetapi tidak selalu menghadirkan kebenaran. Oleh karena itu, kader IMM dituntut untuk tidak hanya aktif bergerak, tetapi juga kokoh dalam berpikir dan jernih dalam bersikap.

“IMM tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai gerakan mahasiswa Islam yang berlandaskan intelektualitas. Kader harus hadir sebagai penjernih nalar umat, bukan penambah kebisingan wacana,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya sikap kritis yang beradab dalam menghadapi polarisasi pemikiran dan perdebatan keagamaan di ruang publik.

Materi kemudian dilanjutkan oleh Maftuhah, M.Pd., Dosen STIT Muhammadiyah Paciran sekaligus Wakil Ketua I Bidang Akademik. Ia mengajak kader IMM untuk kembali merenungi makna literasi keilmuan Islam. Menurutnya, literasi bukan hanya kemampuan membaca teks, tetapi kecakapan memahami makna, menimbang kebenaran, dan mengamalkan ilmu secara bertanggung jawab.

Maftuhah menyoroti maraknya hoaks keagamaan, klaim kebenaran instan, serta otoritas keilmuan semu di ruang digital. Fenomena tersebut menuntut kader IMM memiliki literasi digital yang beretika: kritis tanpa mencela, tegas tanpa menghakimi.

Ia juga menegaskan bahwa kampus dan IMM merupakan dua ruang strategis yang saling menguatkan. Kampus membentuk kerangka akademik, sementara IMM menghidupkan nilai dan keberpihakan sosial.

“Sinergi keduanya diharapkan melahirkan kader yang cerdas secara intelektual, matang secara moral, dan kokoh secara ideologis,” ujar kandidat Doktor ini

Kegiatan PK IMM ini menjadi peneguhan bahwa literasi keilmuan Islam adalah ruh perkaderan, sekaligus cahaya nalar yang membimbing kader IMM agar mampu menjawab tantangan isu modern dengan iman, ilmu, dan hikmah.

Reporter: Fathurrahim Syuhadi