Taklukkan Ujian, Raih Ridha Ilahi: Kisah Perjuangan Sunoto, S.Pd.I., M.Pd.

Listen to this article

TEGAL lintasjatimnews – Hidup sering kali menghadirkan ujian di saat yang tak terduga. Namun bagi Sunoto, S.Pd.I., M.Pd., setiap ujian adalah jalan menuju ridha Allah SWT. Guru yang lahir di Tegal, 23 Maret 1981 ini meneguhkan langkahnya dengan moto hidup sederhana namun bermakna: “Mencari ridho-Nya.” Kalimat itu bukan sekadar semboyan, melainkan napas perjuangan dalam setiap langkah hidup dan pendidikannya.

Pendidikan: Langkah Pasti Menuju Ilmu

Perjalanan pendidikan Sunoto dimulai dari SDN Kudaile 03 Slawi, tempat ia menamatkan sekolah dasar pada tahun 1993. Ia kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Slawi dan lulus pada 1996, sebelum melangkah ke SMAN 1 Slawi, tempatnya menimba ilmu hingga lulus pada 1999.

Semangat belajar yang tinggi membawanya ke dunia perguruan tinggi. Ia meraih D3 di Politeknik Negeri Semarang (Polines) pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan S1 Pendidikan Agama Islam di STAI Cirebon dan lulus tahun 2008. Tak berhenti di sana, semangat intelektualnya membawanya menuntaskan S2 Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang pada tahun 2025 — sebuah pencapaian luar biasa yang diperoleh di tengah ujian hidup berat.

Karier dan Pengabdian

Sejak tahun 2005, Sunoto mengabdikan diri di dunia pendidikan sebagai guru Matematika di SMK NU 1 Adiwerna. Dalam keseharian, ia dikenal sebagai guru yang sabar, disiplin, dan penuh dedikasi. Keteguhannya dalam mendidik tak hanya ditunjukkan di kelas, tetapi juga dalam membimbing karakter siswa agar tumbuh dengan nilai-nilai kejujuran dan keteguhan iman.

Pada tahun 2024, perjuangan panjangnya berbuah hasil. Ia resmi diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di SMAN 1 Pangkah, dengan TMT 1 Maret 2024 dan SPMT 1 Mei 2024. Namun takdir Allah berkehendak lain: di tengah kebahagiaan menerima SK P3K pada 25 September 2024, ia justru mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang.

Ujian yang Menyadarkan

Kecelakaan itu bukan hal ringan. Sunoto harus menjalani dua kali operasi — di bagian paha dan lutut — serta dirawat di RSI Singkil Adiwerna. Dalam kondisi sakit, ia tetap harus menghadapi ujian akademik, menulis tugas akhir, dan mengatur ekonomi keluarga yang sedang sulit.

Namun, di tengah kepayahan itu, ia tak pernah mengeluh. Dengan penuh kesadaran ia berkata, “Tapi Allah… apa kata hamba-Nya.” Kalimat itu menggambarkan kepasrahan total kepada kehendak Allah SWT, sembari tetap berikhtiar sekuat tenaga.

Bersyukur, di saat terpuruk, dukungan istri tercinta, Siti Nuraisah, menjadi kekuatan yang luar biasa. Ia merawat sang suami dengan penuh kesetiaan, menjadi penyemangat dalam masa pemulihan dan penyelesaian studi. Dengan doa dan dukungan keluarga, khususnya kedua anaknya — Wafiq Nur Azizah dan Akhmad Shohibulwafa — Sunoto mampu melewati masa-masa sulit dengan hati yang tabah.

Akhir yang Manis dari Perjuangan Panjang

Allah SWT benar-benar memberi hadiah indah atas kesabaran dan keteguhan hatinya. Setelah hampir setahun berjuang dengan rasa sakit dan keterbatasan fisik, pada 13 September 2025, Sunoto akhirnya diwisuda sebagai Magister Pendidikan Agama Islam di UNISSULA Semarang. Momen itu menjadi puncak kebahagiaan dan bukti bahwa keajaiban datang kepada mereka yang tak menyerah.

Kini, di kediamannya di Jl. Menjangan No. 22 Trayeman RT 4 RW 4 Slawi, Tegal, Sunoto menjalani hari-hari sebagai pendidik dengan semangat baru. Ia tidak hanya mengajarkan matematika, tetapi juga mengajarkan matematika kehidupan — bagaimana menyeimbangkan antara usaha dan tawakal, antara ilmu dan iman.

Refleksi Hidup: Mencari Ridha-Nya di Tengah Ujian

Kisah hidup Sunoto adalah potret nyata perjuangan seorang guru sejati. Di tengah keterbatasan, ia tak berhenti menimba ilmu. Di tengah sakit, ia tetap berjuang menyelesaikan amanah. Dan di tengah kesulitan ekonomi, ia masih mampu bersyukur dan berkata “Alhamdulillah.”

Bagi banyak orang, cobaan besar bisa menjadi alasan untuk menyerah. Tapi bagi Sunoto, itu justru menjadi jalan menuju ridha Allah SWT. Karena baginya, setiap langkah — baik dalam suka maupun duka — adalah bagian dari skenario terbaik Sang Maha Pengatur.

“Hidup ini bukan sekadar tentang seberapa cepat kita sampai pada tujuan, tapi seberapa ikhlas kita menjalaninya dalam ridha-Nya.” — Sunoto, S.Pd.I., M.Pd.

Reporter Fathurrahim Syuhadi