Dakwah di Era Kecerdasan Buatan : Menyebarkan Cahaya Islam di Dunia Digital

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa manusia ke babak baru peradaban. Dunia kini tidak hanya terhubung secara fisik, tetapi juga secara digital.

Informasi berpindah secepat kilat, dan suara kebenaran dapat menjangkau jutaan orang hanya dalam hitungan detik. Di tengah perubahan besar ini, dakwah Islam menghadapi tantangan sekaligus peluang besar untuk berkembang dengan cara yang lebih efektif dan kreatif.

Dakwah bukanlah hal baru dalam Islam. Sejak zaman Rasulullah Saw dakwah telah menjadi jantung dari pergerakan umat. Allah Swt berfirman “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Ayat ini mengajarkan bahwa dakwah harus dilakukan dengan hikmah : kebijaksanaan yang sesuai dengan zaman dan kondisi masyarakat. Di era AI ini, kebijaksanaan tersebut berarti mampu memanfaatkan teknologi sebagai sarana penyebaran nilai-nilai Islam dengan pendekatan modern dan relevan.

AI sebagai Sahabat Dakwah

Kecerdasan buatan tidak bisa dipandang sebagai ancaman bagi dakwah, tetapi justru sebagai mitra baru. Dengan AI, seorang dai atau pendakwah dapat menjangkau lebih banyak mad’u (pendengar dakwah) melalui platform digital.

AI dapat membantu dalam membuat konten dakwah otomatis, seperti video pendek, teks reflektif, hingga analisis tren sosial untuk memahami isu-isu keagamaan yang sedang berkembang.

Sebagai contoh, chatbot berbasis AI dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan seputar Islam selama 24 jam, memberikan rujukan ayat dan hadis yang akurat, bahkan membantu anak muda memahami ajaran agama dengan cara yang menarik.

Dengan demikian, dakwah menjadi lebih interaktif, cepat, dan adaptif terhadap kebutuhan generasi digital.

Namun, kemajuan teknologi juga menuntut kehati-hatian. Di era AI, informasi bisa mudah dimanipulasi, dan keaslian sumber bisa kabur.

Karena itu, seorang pendakwah harus tetap berpegang pada prinsip kejujuran dan akurasi dalam menyampaikan pesan Islam. Rasulullah Saw bersabda “Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi peringatan agar para pendakwah digital tidak asal menyebar informasi keagamaan tanpa verifikasi. Setiap konten dakwah, meski dibuat dengan bantuan AI, tetap harus berpijak pada sumber-sumber otentik: Al-Qur’an, hadis, dan pandangan ulama yang terpercaya.

Menjadi Dai di Dunia Maya

Dakwah di era AI tidak lagi terbatas pada mimbar masjid atau majelis taklim. Setiap Muslim kini bisa menjadi dai digital. Melalui unggahan di media sosial, podcast, atau video dakwah pendek, pesan Islam bisa disampaikan dengan santun, bijak, dan inspiratif.

Rasulullah Saw bersabda “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.”(HR. Bukhari). Hadis ini menjadi motivasi bahwa setiap orang, tak terkecuali di dunia maya, memiliki tanggung jawab menyebarkan kebaikan sesuai kemampuan dan medianya.

Era AI adalah era percepatan informasi dan konektivitas global. Bagi umat Islam, ini bukan alasan untuk mundur, tetapi peluang untuk menebarkan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin dengan lebih luas dan cerdas.

Dengan ilmu, hikmah, dan etika digital yang baik, dakwah akan tetap hidup. Bahkan bersinar lebih terang di tengah derasnya arus teknologi. “Dan katakanlah: Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’: 81)

Dakwah di era AI bukan sekadar berbicara di dunia digital, melainkan menyalakan cahaya Islam agar tetap menerangi hati manusia di tengah gelapnya dunia maya.

Reporter Fathurrahim Syuhadi