Guru sebagai Teladan : Kunci Penting Bagi Keberhasilan Pendidikan

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Di tengah derasnya arus informasi, teknologi, dan budaya global, pendidikan tetap memegang peran sentral dalam membentuk manusia yang berkarakter. Sekolah bukan hanya tempat transfer ilmu pengetahuan, melainkan juga ruang pembentukan moral, sikap, dan kepribadian.

Dalam proses ini, sosok guru menempati posisi yang amat strategis. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik dan panutan. Keteladanan guru menjadi kunci penting bagi keberhasilan pendidikan.

Dalam masyarakat kita, guru kerap disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Julukan ini menandakan betapa besarnya jasa guru dalam membentuk generasi bangsa. Namun, guru sejatinya bukan hanya pengajar mata pelajaran. Guru adalah pendidik yang memberi warna pada kehidupan siswa melalui kepribadian dan perilaku sehari-hari.

Peserta didik belajar bukan hanya dari apa yang dikatakan guru, tetapi juga dari apa yang dilakukan. Ucapan guru bisa menginspirasi, tetapi keteladanan perilakunya jauh lebih membekas.

Murid yang melihat gurunya jujur, disiplin, ramah, dan penuh kasih akan meniru sikap itu. Sebaliknya, jika guru menunjukkan sikap tidak konsisten, mudah marah, atau abai terhadap tanggung jawab, murid juga akan menangkap pesan negatif itu.

Albert Bandura, seorang ahli psikologi sosial, menegaskan bahwa manusia belajar melalui observasi dan peniruan. Teorinya yang dikenal sebagai social learning theory menunjukkan bahwa anak-anak lebih cepat menyerap perilaku melalui contoh nyata daripada melalui instruksi verbal. Artinya, guru yang menjadi teladan akan jauh lebih efektif dalam mendidik.

Dalam Islam, posisi guru juga sangat mulia. Rasulullah Saw adalah pendidik agung sekaligus teladan utama bagi umatnya. Al-Qur’an menyebut beliau sebagai uswah hasanah (suri teladan yang baik). Dengan demikian, setiap guru yang mengajar seharusnya meneladani Nabi dalam kesabaran, kasih sayang, serta integritas moralnya.

Figur yang Diamati

Bagi siswa, guru adalah figur yang setiap hari mereka jumpai di kelas. Segala sikap, gaya bicara, hingga cara guru menyelesaikan masalah menjadi bahan pengamatan. Inilah mengapa guru disebut sebagai hidden curriculum yang sangat berpengaruh.

Ketika guru datang tepat waktu, murid belajar arti disiplin. Ketika guru memperlakukan semua siswa secara adil, murid belajar arti keadilan. Ketika guru menunjukkan kepedulian kepada siswa yang kesulitan, murid belajar tentang empati. Sebaliknya, ketika guru bersikap kasar atau pilih kasih, nilai itu juga akan melekat dalam ingatan murid.

Di era digital, tantangan guru sebagai teladan semakin besar. Anak-anak kini terpapar beragam figur publik melalui media sosial. Mereka bisa lebih kagum pada selebritas atau influencer daripada guru. Figur-figur tersebut seringkali menampilkan gaya hidup instan yang tidak selalu sejalan dengan nilai pendidikan.

Kondisi ini menuntut guru untuk tidak kalah dalam menghadirkan keteladanan. Guru tidak mungkin bersaing dalam hal popularitas, tetapi guru bisa menghadirkan otentisitas. Ketulusan, kedekatan emosional, dan konsistensi perilaku akan menjadikan guru tetap relevan di hati siswa, meskipun dunia maya menghadirkan ratusan figur lain.

Setiap orang yang pernah duduk di bangku sekolah pasti menyimpan kenangan tentang gurunya. Menariknya, seringkali bukan pelajaran yang paling diingat, melainkan sikap sang guru.

Murid bisa lupa rumus matematika, tetapi ia tidak akan lupa guru yang sabar membimbingnya hingga mengerti. Murid bisa lupa tanggal sejarah, tetapi ia akan selalu ingat guru yang memberi motivasi agar percaya diri.

Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan guru meninggalkan jejak yang jauh lebih panjang daripada pengetahuan kognitif. Pengetahuan bisa dicari kembali melalui buku atau internet, tetapi keteladanan hanya bisa diperoleh melalui interaksi nyata dengan sosok yang hidup.

Jika guru hanya dibebani administrasi tanpa ruang untuk mengembangkan diri, sulit bagi mereka untuk menjadi teladan. Jika guru tidak dihargai secara layak, maka wibawa mereka di mata murid juga bisa berkurang.

Di tengah berbagai tantangan zaman, kehadiran guru yang berintegritas dan konsisten tetap tidak tergantikan. Pengetahuan bisa dicari di internet, tetapi keteladanan hanya bisa dirasakan melalui kehadiran nyata seorang guru.

Kita semua, baik pemerintah, sekolah, orang tua, maupun masyarakat, perlu mendukung guru agar dapat menjalankan perannya dengan baik. Dengan guru sebagai teladan, pendidikan akan benar-benar mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan mulia dalam akhlak.

Reporter Fathurrahim Syuhadi