Kiai Achmad Kurdi, S.Pd, M.Pd : Mewujudkan Pendidikan Gratis di Tanah Madura

Listen to this article

SAMPANG lintasjatimnews – Di tengah keterbatasan dan tantangan hidup, selalu ada sosok-sosok yang memilih untuk terus berjuang tanpa henti demi sebuah cita-cita mulia. Salah satunya adalah Kiai Achmad Kurdi, S.Pd., M.Pd., tokoh pendidikan dan pendiri Yayasan An-Nasir Pondok Pesantren Raudlatul Ulum di Desa Pandiyangan, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, Madura.

Perjalanan hidupnya penuh dengan ujian, tetapi justru itulah yang membentuknya menjadi sosok pejuang pendidikan yang konsisten menghadirkan layanan pendidikan gratis bagi masyarakat kecil.

Achmad Kurdi lahir di Sampang pada 5 Mei 1978 dari keluarga sederhana yang penuh dengan nilai-nilai religius. Sejak kecil, ia telah ditempa dalam tradisi pesantren. Pendidikan dasarnya ditempuh di MI, dilanjutkan ke MTs dan MA yang juga berada dalam lingkungan pesantren.

Selepas lulus pesantren pada tahun 1998, ia memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan kuliah. Namun, keinginan itu harus tertunda karena kondisi kesehatan orang tuanya yang tidak memungkinkan.

Momen itu menjadi titik balik penting dalam hidupnya. Ia memilih untuk tidak larut dalam kekecewaan, tetapi justru meneruskan perjuangan orang tuanya di bidang pendidikan. Dari situlah jalan pengabdiannya terbuka lebar.

Merintis Lembaga Pendidikan

Pada tahun 2001, Ahmad Kurdi mulai membuka lembaga pendidikan dari jenjang paling dasar, yakni Raudlatul Athfal (RA), kemudian berkembang menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Perlahan, perjuangan itu membuahkan hasil. Dengan dukungan masyarakat, pada tahun 2016 ia berhasil mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kini, lembaga yang dikelolanya juga telah membuka program tahfidz Al-Qur’an bagi para santri mukim di pesantren.

Yang menarik, seluruh layanan pendidikan mulai dari RA hingga SMK, bahkan pesantren dan tahfidz, semuanya diberikan secara gratis tanpa biaya. Keputusan ini bukan tanpa alasan.

Achmad Kurdi menyaksikan sendiri rendahnya kesadaran masyarakat sekitar terhadap pendidikan, ditambah kondisi ekonomi yang sebagian besar berada di bawah standar. Bagi banyak orang tua di Sampang, menyekolahkan anak hingga jenjang menengah atau bahkan ke pesantren adalah sesuatu yang berat karena keterbatasan biaya.

Dengan model pendidikan gratis, Ahmad Kurdi ingin menepis anggapan bahwa pendidikan adalah kemewahan. Sebaliknya, pendidikan adalah hak setiap anak dan menjadi jalan untuk memperbaiki masa depan.

Sejak tahun 2004, Ahmad Kurdi dipercaya menjadi Kepala MI Raudlatul Ulum, jabatan yang masih diembannya hingga kini. Dalam posisi ini, ia tidak hanya bertugas sebagai administrator, tetapi juga penggerak utama dalam menjaga semangat para guru, santri, dan wali murid agar tetap istiqamah di jalan perjuangan pendidikan.

Dedikasinya yang tulus membuat lembaga yang ia bina terus berkembang, bukan hanya dari sisi jumlah siswa, tetapi juga kualitas pendidikan yang dihadirkan.

Perjalanan Akademik

Meski sempat tertunda melanjutkan kuliah setelah lulus pesantren, Ahmad Kurdi tidak menyerah. Tahun 2005, ia menempuh pendidikan D2 dan lulus pada 2007. Ia kemudian melanjutkan ke S1 Pendidikan dan berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 2011.

Keinginan untuk terus belajar tidak pernah padam. Tahun 2019, ia sempat menempuh studi di Universitas WR. Supratman Surabaya namun sempat terhenti. Kemudian melanjutkan ke Magister Pendidikan Agama Islam di Unissula Semarang. Perjuangannya tidak sia-sia. Pada tahun 2025, ia berhasil menuntaskan pendidikannya dan resmi menyandang gelar M.Pd..

Kisah pendidikannya adalah cerminan tekad yang tak kenal putus asa. Meski usianya tidak muda lagi, ia membuktikan bahwa menuntut ilmu tidaklah mengenal batas waktu.

Di balik perjuangan besarnya, Achmad Kurdi didukung penuh oleh sang istri, Nurul Mabruroh. Kehidupan rumah tangga mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Anis Sulalah, Aghniyaus Sholihah dan Ahmad Azkal Anam

Kehangatan keluarga menjadi energi yang memperkuat langkahnya dalam mengelola lembaga pendidikan sekaligus pesantren.

Kiai Achmad Kurdi memiliki prinsip bahwa ulama dan pendidik harus hadir untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi umat. Pendidikan gratis yang ia jalankan bukan sekadar strategi menarik murid, melainkan bentuk nyata dari tanggung jawab sosial dan dakwah. Ia percaya bahwa investasi terbesar bagi masa depan bangsa adalah pemberdayaan generasi muda melalui pendidikan.

Semangatnya juga berpijak pada teladan para pendiri bangsa dan ulama besar, bahwa ilmu harus ditebarkan, bukan dijadikan milik segelintir orang. Prinsip inilah yang membuat masyarakat sekitar menaruh hormat sekaligus kepercayaan penuh terhadap perjuangan Ahmad Kurdi.

Pengakuan Masyarakat

Lembaga pendidikan yang ia dirikan bersama Yayasan An-Nasir kini menjadi salah satu pusat pendidikan alternatif di Sampang. Masyarakat melihat bahwa di tengah mahalnya biaya sekolah, masih ada lembaga yang memberi kesempatan anak-anak miskin untuk tetap belajar dan bermimpi. Dukungan moral dan material dari masyarakat sekitar semakin menguatkan keberlanjutan program pendidikan gratis tersebut.

Kisah hidup Kiai Achmad Kurdi, S.Pd., M.Pd. adalah kisah tentang keteguhan hati, kesabaran, dan komitmen pada pendidikan. Dari seorang santri yang sempat gagal melanjutkan kuliah karena kondisi keluarga, ia bertransformasi menjadi tokoh pendidik dan pendiri pesantren yang mampu memberi pendidikan gratis dari jenjang RA hingga SMK.

Perjuangannya membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya. Sebaliknya, keterbatasan justru dapat menjadi sumber kekuatan untuk melahirkan karya besar.

Lewat Yayasan An-Nasir dan Pesantren Raudlatul Ulum, Kiai Achmad Kurdi telah menorehkan jejak emas di dunia pendidikan Madura. InsyaAllah manfaatnya akan terus dirasakan lintas generasi.

Reporter Fathurrahim Syuhadi