Beban Berat Guru Mencerdaskan Anak Bangsa

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Guru adalah ujung tombak pendidikan, sekaligus pilar peradaban bangsa. Di pundaknya terletak amanah besar mencerdaskan anak bangsa.

Guru membentuk karakter dan menuntun generasi menuju masa depan yang gemilang. Tugas ini tidaklah ringan, bahkan bisa dikatakan sebagai beban berat yang membutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan dedikasi tanpa batas.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya ilmu sebagai dasar peradaban. Allah Swt berfirman “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1–5).

Ayat pertama yang turun ini menunjukkan bahwa perintah membaca dan belajar adalah fondasi utama kemajuan. Maka, guru sebagai penyampai ilmu berada pada posisi mulia, karena merekalah yang menanamkan pengetahuan dan membimbing generasi.

Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lubangnya dan ikan di laut, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).

Hadis ini menegaskan betapa besar kemuliaan guru. Namun, kemuliaan itu hadir bersama tanggung jawab berat: bagaimana menjadikan anak didik bukan sekadar pintar secara akademik, tetapi juga berkarakter, berakhlak, dan mampu menghadapi tantangan zaman.

Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa tugas guru bukan hanya mengisi akal murid dengan pengetahuan, tetapi juga membimbing hatinya menuju akhlak yang baik.

Menurut beliau, guru sejati adalah yang mengajarkan ilmu dengan kasih sayang, sabar dalam mendidik, dan ikhlas dalam memberi. Pesan ini sejalan dengan realitas bahwa mendidik bukanlah pekerjaan mudah.

Beban berat guru dalam mencerdaskan anak bangsa dapat dilihat dari beberapa aspek:

Pertama, aspek intelektual. Guru dituntut terus mengembangkan kompetensi agar mampu menjawab tantangan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang.

Kedua, aspek moral. Guru bertugas menjaga dan membina akhlak murid di tengah derasnya arus dekadensi moral akibat globalisasi dan teknologi.

Ketiga, aspek sosial. Guru seringkali harus berperan sebagai orang tua kedua, mendengarkan masalah murid, bahkan menjadi mediator antara sekolah dan keluarga.

Keempat, aspek spiritual. Guru dituntut menanamkan nilai keimanan dan ketakwaan, agar murid tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beriman dan berakhlak mulia.

Buya Hamka pernah menegaskan, “Guru yang sejati adalah mereka yang mendidik dengan cinta dan mengajar dengan keikhlasan.” Pesan ini menegaskan bahwa keikhlasan adalah kunci utama dalam mengemban beban berat tersebut.

Walau berat, tugas ini sangat mulia. Guru ibarat pelita yang rela mengorbankan dirinya demi menerangi orang lain. Tanpa guru, bangsa akan kehilangan arah, dan generasi akan tumbuh tanpa fondasi.

Oleh karena itu, apresiasi dan penghargaan yang tinggi seharusnya diberikan kepada guru, karena di tangan merekalah masa depan anak bangsa dibentuk.

Reporter Fathurrahim Syuhadi