SURABAYA lintasjatimnews – Penarikan Mahasiswa KKN BBK-6 Universitas Airlangga Surabaya tahun 2025, mengakhiri pengabdian, melanjutkan perjalanan. Senin, 4 Agustus 2025
Satu bulan yang lalu, Balai Kecamatan menjadi tempat dimulainya perjalanan pengabdian mahasiswa BBK 6 Universitas Airlangga tahun 2025. Di ruangan yang sederhana namun sarat makna itu, para mahasiswa diterima secara resmi oleh pihak kecamatan, perangkat desa, serta perwakilan warga setempat.
Saat itu, mahasiswa BBK datang mengenakan kaos kegiatan, membawa nama-nama yang masih asing, serta semangat yang belum teruji di lapangan. Namun dari momen sederhana itulah, benih pengabdian mulai ditanam siap tumbuh di tanah masyarakat yang mereka datangi.
Hari ini, Balai Kecamatan itu kembali menjadi saksi. Tempat yang sama, namun cerita yang telah berubah. Mereka kini hadir dengan almamater biru yang gagah, disambut bukan sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari masyarakat yang sempat mereka dampingi.
Datang dengan kaos, pulang dengan almamater. Itulah metamorfosa yang tidak hanya terjadi pada pakaian, tapi pada jiwa. Kaos yang dulu dipakai adalah simbol awal yaitu ringan, sederhana, penuh ruang kosong yang siap diisi oleh pengalaman.
Almamater yang kini digunakan adalah simbol akhir yaitu penuh warna, penuh kisah, dan membawa pulang beban tanggung jawab, bukan hanya kepada kampus, tapi kepada masyarakat yang telah mereka tinggalkan jejaknya.
Selama 25 hari perjalanan BBK, banyak yang terjadi. Mereka telah tumbuh bersama masyarakat. Dari mengajar anak-anak, edukasi kesehatan, mendampingi UMKM, menyusun pelatihan warga, hingga menyelenggarakan lomba, gerakan literasi, dan kegiatan kebersamaan yang tak ternilai jumlahnya.
Mereka menyentuh, dan disentuh. Mereka memberi, dan lebih banyak menerima. Mereka belajar, bahwa pengabdian tidak selalu megah tapi terasa dari tawa warga, dari sapaan pagi, dari secangkir teh hangat yang disuguhkan tulus, dan dari kebersamaan yang tak pernah diminta tapi selalu diingat.
“Semoga kegiatan yang dibimbing mahasiswa ini bisa dilanjutkan dan diterapkan sendiri oleh masyarakat ke depannya. Sayang kalau berhenti di sini, soalnya manfaatnya sudah mulai kelihatan”, ucap salah satu perangkat kelurahan.
Puncak dari segala proses itu terekam jelas saat Expo Hasil Program Kerja dilangsungkan. Balai kecamatan yang sehari-hari dipenuhi rapat pemerintahan, berubah jadi panggung kreativitas dan hasil kerja nyata.
Poster penuh warna, dokumentasi kegiatan, hingga produk warga hasil pendampingan mahasiswa menjadi bukti bahwa sebulan itu bukan sekadar formalitas tapi jejak langkah yang bermakna.
Tak lama kemudian, giliran Seminar Hasil digelar. Di hadapan perangkat desa, tokoh masyarakat, dan dosen pembimbing, mahasiswa memaparkan bukan hanya hasil, tapi proses dan pelajaran.
Mereka menyampaikan dengan mata yang berbinar dan suara yang mantap bukan karena segalanya sempurna, tapi karena segalanya dikerjakan dengan cinta Dan hari ini, mereka berpamitan.
Tapi berbeda dengan saat datang. Waktu itu mereka diantar dengan penasaran, kini mereka dilepas dengan bangga. Waktu itu membawa kaos kosong, kini pulang dengan almamater penuh cerita.
Balai Kecamatan yang sama, tapi cerita yang tak sama, Satu bulan lalu awal sebuah perjalanan. Hari ini akhir dari peran tapi awal dari kenangan.
Mahasiswa BBK 6 UNAIR telah kembali. Tapi hati mereka tak sepenuhnya pulang. Sebagian tinggal di jalan desa, di teras rumah warga, di papan tulis kelas, di balai kelurahan, dan di memori anak-anak yang dulu mereka ajar sambil bercanda. Masyarakat pun menyimpan sepotong dari mereka dalam bentuk rasa syukur dan harapan.
Kaos yang datang, almamater yang pulang. Tapi cinta, pengabdian, dan pelajaran tinggal di antara keduanya.
Reporter: Winarto