Belajar dari Kesalahan, Tanda Kecerdasan Seorang Mukmin

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Mari tumbuhkan kecerdasan spiritual dalam diri kita, agar kesalahan menjadi pelajaran bukan kebiasaan.

Kesalahan yang diakui dan direnungi akan menjadi tangga menuju kedewasaan iman. Jangan takut salah, takutlah jika tak mau belajar darinya.

Dalam perjalanan hidup, setiap mukmin pasti akan berhadapan dengan berbagai ujian, tantangan, bahkan kesalahan. Tidak ada manusia yang luput dari dosa atau kekeliruan.

Karena kita memang diciptakan dengan potensi untuk salah, namun juga dengan kemampuan untuk belajar dan bertobat.

Keimanan bukanlah tentang tidak pernah gagal, melainkan tentang bagaimana seseorang bangkit dari kegagalan dan memperbaiki dirinya.

Rasulullah Saw memberikan peringatan yang sangat dalam maknanya “Seorang mukmin tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan kita untuk waspada dan cerdas dalam mengambil pelajaran dari pengalaman. Gagal sekali tidak apa-apa, tetapi membiarkan diri jatuh dalam kesalahan yang sama berulang kali menunjukkan kelalaian dan lemahnya introspeksi.

Allah Swt sendiri membuka pintu taubat bagi siapa pun yang mau kembali kepada-Nya dengan hati yang ikhlas “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka… dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (QS. Ali Imran : 135)

Ayat ini menegaskan bahwa kunci dari pertobatan sejati adalah kesadaran dan niat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Itulah tanda kecerdasan spiritual—mampu mengenali kelemahan diri, bertobat, dan berupaya tidak mengulanginya.

Sebagaimana kata mutiara Arab yang terkenal “Man laa yata’allam min akhtha’ihi, sayu’iduhā marratan ukhrā (Barang siapa tidak belajar dari kesalahannya, ia akan mengulanginya kembali)

Dalam hidup, bukan kesalahan yang membuat kita hina, tetapi ketika kita enggan memperbaiki diri dan tetap tinggal dalam kesalahan itulah yang menjerumuskan. Maka, mari kita jadikan setiap kegagalan sebagai guru yang bijak.

Jangan sampai kita menjadi orang yang terus terperosok pada lubang yang sama hanya karena enggan merenung dan berubah.

Sesungguhnya, Allah mencintai hamba-Nya yang terus-menerus memperbaiki diri “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri (QS. Al-Baqarah : 222)

Allah tidak menilai berapa kali kau jatuh, tapi seberapa ikhlas kau bangkit untuk kembali kepada-Nya.

Reporter Fathurrahim Syuhadi