Tradisi ‘Sedekah Bumi Putat Gede’ BBK 6 Unair Turut Serta Melestarikan Budaya Lokal Bersama Masyarakat

Listen to this article

SURABAYA lintasjatimnews – Tradisi ‘Sedekah Bumi Putat Gede’ Mahasiswa KKN-BBK 6 Universitas Airlangga turut serta melestarikan budaya lokal bersama Masyarakat, 19-20 Juli 2025

Upaya melestarikan nilai-nilai kearifan lokal serta mempererat keharmonisan sosial terus dilakukan oleh warga Kelurahan Putat Gede, Kecamatan Sukomanunggal, Kota Surabaya.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi masyarakat di Kelurahan Putat Gede, dari RW 1 hingga RW 4, serta didukung penuh oleh Camat Sukomanunggal dan perwakilan Dewan Kota Surabaya.
Yang menarik, tahun 2025 ini, pelaksanaan Sedekah Bumi turut melibatkan mahasiswa Universitas Airlangga yang tergabung dalam tim BBK 6 (Belajar Bersama Komunitas) di Kelurahan Putat Gede.

Bagi para mahasiswa, kegiatan ini merupakan suatu bentuk nyata sinergi antara dunia akademik dan masyarakat dalam melestarikan budaya lokal.
Sebanyak 10 mahasiswa BBK 6 UNAIR di Putat Gede dari berbagai fakultas, yang dipimpin oleh Ketua Kelompoknya yaitu Cinta Najwa Fauzi, berperan aktif dalam membantu persiapan teknis acara, mulai dari penyusunan, pendampingan peserta karnaval, menjadi pembawa acara, hingga dokumentasi.

Menjadi kegiatan yang memperkaya pengalaman hidup para mahasiswa dalam bekerja bersama masyarakat, menjadikan lebih memahami dan menghargai kearifan budaya lokal suatu masyarakat, dan meningkatkan kesadaran untuk ikut serta menjaga semangat kebersamaan melalui semangat dan kontribusi nyata para mahasiswa.

Rangkaian kegiatan acara “Sedekah Bumi’ diawali pada malam 19 Juli dengan acara Malam Ruwah Ngaturi, diisi dengan doa bersama seluruh warga kelurahan Putat Gede dan dilanjutkan dengan acara makan tumpeng bersama, sebagai simbol rasa syukur atas berkah dan hasil bumi yang melimpah.

Kegiatan yang berlangsung hingga jam 22.30 malam belangsung dalam suasana suasana yang hangat dan penuh kekhidmatan, mencerminkan kuatnya nilai spiritual dan kebersamaan antarwarga yang senantiasa dijaga.

Puncak kegiatan berlangsung pada hari Minggu pagi, tanggal 20 Juli 2025, berupa Karnaval Budaya yang semarak. Warga dari setiap RW menampilkan kreasi arak-arakan ogoh-ogoh, gunungan hasil bumi, dan defile pertunjukan dengan berbagai kreasi kostum khas budaya yang beraneka warna.

Dentuman musik dari mobil yang didesain penuh dengan pengeras suara menambah kemeriahan suasana. Kelompok Mahasiswa BBK 6 UNAIR Putat Gede turut membantu dalam pengorganisasian jalur karnaval dan mendampingi peserta agar kegiatan berjalan tertib dan lancar. Suasana penuh semangat tampak mewarnai sepanjang jalur menuju Punden Putat Gede, tempat pusat kegiatan berlangsung.

Setibanya di lokasi utama, yaitu di Punden Putat Gede, yang telah dihias dan dilengkapi dengan beberapa panggung, warga disuguhkan berbagai atraksi penampilan dari semua perwakilan RW di kelurahan Putat gede seperti gelar pencak silat dan berbagai tarian termasuk tari tradisional, musik rakyat, dan perlombaan kreatif.

Kegiatan dilanjutkan dengan berebut bagian dari gunungan berisi sayuran dan buah hasil bumi, snack serta jajanan pasar yang telah diarak mengelilingi wilayah kelurahan Putat Gede. Acara ini dipercaya bahwa mendapatkan bagian dari gunungan akan membawa keberuntungan, rezeki, dan berkah.

Rebutan gunungan bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga memiliki makna filosofis. Gunungan melambangkan kemakmuran, keseimbangan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Acara minggu pagi ini, diakhiri dengan pengundian kupon undian atau doorprize.
Puncak acara Sedekah Bumi adalah wayang ruwatan, yang digelar mulai pukul 11.30, dan dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama.

Secara simbolis acara dibuka oleh Lurah Putat Gede, Gin Gin Ginanjar, didampingi Angga selaku Camat Sukomanunggal dan perwakilan Dewan Kota Surabaya. Momen ini menjadi lambang kebersamaan lintas generasi dan semangat gotong royong yang terus dipupuk.

Dalam keterangannya, pak Gin menyampaikan bahwa Sedekah Bumi bukan sekadar tradisi, tetapi juga media pelestarian budaya serta ungkapan syukur atas berkah yang diterima masyarakat. Ia juga mengapresiasi keterlibatan mahasiswa UNAIR yang telah menunjukkan semangat peduli dan partisipatif terhadap kegiatan masyarakat.

“Kami berharap tradisi ini terus dilestarikan dan tercatat secara resmi sebagai warisan budaya Kelurahan Putat Gede. Kedepannya, kegiatan ini bisa dikembangkan menjadi ajang bakti sosial untuk membantu warga yang membutuhkan,” ujar pak Gin.

Rangkaian acara Sedekah Bumi ditutup dengan pagelaran wayang kulit dan campursari pada malam hari yang dihadiri ratusan warga.

Panggung seni ini memperkaya nilai budaya sekaligus mempererat silaturahmi antarwarga. Dengan semangat kolaborasi, termasuk dukungan dari mahasiswa BBK 6 UNAIR, tradisi ini diharapkan terus hidup dan menjadi inspirasi lintas generasi dalam menjaga warisan budaya bangsa.

Reporter: Winarto