SURABAYA lintasjatimnews – Kegiatan hari terakhir Training of Trainers (ToT) Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur saat Simulasi Menghadapi Bencana Gempa Bumi masih menyisahkan kisah yang menarik.(2/11/24).
Simulasi menghadapi Gempa Bumi dilaksanakan secara terpadu diikuti seluruh peserta dari masing-masing kelas yang berjumlah 200. Kegiatan dilaksanakan hari Kamis (31/10/2024). Masing-masing kelas mengirim perwakilan, salah peserta kelas D yang dikirim adalah Bu Andin demikian panggilan akrabnya.
Wanita bernama lengkap Andining Ruslinawati, SPd SD, bertugas sebagai Guru Kelas IV di SD Negeri Tales 3, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Berdasarkan musyawarah kelas, Bu Andin ditunjuk sebagai perwakilan dari kelas D yang berperan sebagai Guru Kelas dalam Simulasi Bencana Gempa Bumi.
Ungkapan pengalaman dan kesan Bu Andin dinarasikan dalam sebuah kisah berikut:
Kesan saya selama berperan menjadi guru kelas tentunya merasa senang dan sekaligus tertantang. Senang karena dipercaya oleh teman-teman memilih saya. Tertantang karena guru kelas merupakan salah satu aktor utama dalam kesuksesan penanggulangan bencana disatuan pendidikan.
Pada saat mengajar, saya mendengarkan bunyi sirine 1 yang menandakan terjadi gempa bumi. Di sini saya harus memastikan agar murid-murid tetap tenang dan tertib menjalankan instruksi yang saya berikan.
Setelah memberikan perintah untuk berlindung di bawah meja, saya tetap memberikan instruksi agar posisi tetap di bawah meja dan tidak ada yang boleh berpindah tempat. Hal ini bertujuan untuk perlindungan mereka dari reruntuhan atap dan benda lain di kelas yang bisa mengancam keselamatan jiwanya.
Pada saat sirine 2 dibunyikan, saya memerintahkan murid-murid untuk keluar ruangan dan meyakinkan murid-murid untuk mengikuti seluruh petunjuk pengawas lokal menuju jalur evakuasi ke titik kumpul.
Di sini saya menemukan 1 murid saya yang terluka, saya menghampiri dan memerintahkan untuk tetap tenang di tempat, saya kemudian menyusul murid-murid di titik kumpul dan memastikan murid (korban terluka) untuk tetap bersabar menunggu tim evakuasi datang.
Setelah meninggalkan korban di tempat, saya memastikan pintu ruang tetap terbuka untuk membuktikan bahwa masih ada orang di dalam ruangan dan untuk memudahkan tim evakuasi menolong korban.
Saat tiba di titik kumpul, saya mengabsen kembali murid-murid untuk memastikan bahwa jumlah murid sudah sesuai dan tidak ada yang tertinggal. Saya memisahkan murid-murid sesuai dengan gendernya. Hal ini saya lakukan, agar tidak terjadi pelecehan seksual atau sejenisnya.
Sambil menunggu tim evakuasi menolong korban, saya tetap berada di samping murid-murid dan memastikan untuk tetap tenang. Setelah korban diselamatkan, saya menghubungi wali murid dan memastikan semua murid pulang bersama orang tua mereka masing-masing.
Demikian ungkapan cerita dan pengalaman Bu Andin saat berperan sebagai guru kelas dalam simulasi menghadapi bencana gempa bumi kegiatan ToT SPAB 2024. Semoga kisah di atas mampu menginspirasi guru-guru Indonesia dalam menghadapi bencana alam.
Reporter: Efendy