Risma Mampir PPDI Brondong, Ini Curhatan yang Diterima

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Tri Rismaharini calon Gubernur Jawa Timur 2024-2025 mampir PPDI Brondong. Hal ini dilakukan Risma sebelum melakukan perjalanan ke Tuban, Selasa (17/9/2024)

Selepas silaturahim dan mengisi parenting dengan FOKSI (Forum Komunikasi Wali Siswa) SMP Muhammadiyah 7 Blimbing kecamatan Paciran. Risma menyempatkan diri sejenak ke Pusat Pendaratan dan Distribusi Ikan (PPDI) Brondong.

Hal ini dilakukan Risma untuk melihat dan mendengarkan keluhan langsung nelayan dan steakholder yang ada di PPDI Brondong

M Farid yang kebetulan selesai beraktivitas di Pusat Pendaratan dan Distribusi Ikan Brondong menyampaikan keluhan. Menurutnya, harga ikan tangkapan nelayan di Brondong khususnya nelayan payangan harganya mengalami penurunan sejak Desember 2023.

Lanjut pengurus Asosiasi Pedagang Ikan Lamongan (ASPILA), untuk itu perlu ada penstabilan harga kembali. Belum lagi persoalan kelangkaan BBM yang sulit di dapat dan kalau pun didapat harganya pun agak mahal.

“Sehingga nelayan menunda keberangkatan melaut,” ujar M Farid yang juga wakil Ketua Jama’ah Nelayan Muhammadiyah (JALAMU) kabupaten Lamongan

Menanggapi keluhan itu, Risma mendengarkan dengan serius untuk mencoba mencari jalan keluarnya. Ia akan berusaha untuk mencarikan solusi alternatif untuk kesejahteraan nelayan.

Karena waktunya tidak banyak, Risma meminta pamit untuk melanjutkan kegiatannya ke Tuban

Dijelaskan Nukman Suhadi Ketua Simpul Relawan Gencar (Gerakan Pencerahan) Lamongan, bahwa penting untuk para calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur untuk tarun langsung ke lapangan agar tau secara langsung segala problem dan masalah yang ada.

“Termasuk masalah nelayan. Sehingga mereka bisa merumuskan akar penyebab masalah tersebut kemudian mampu memberikan alternatif alternatif pilihan solusinya,” ujar pria yang tinggal di Blimbing Paciran ini

Lanjut Alumni Universitas Muhammadiyah Malang ini jangan sampai para calon Gubernur dan Wakil Gubernur hanya mendapat laporan dari tim suksesnya saja tentang segala masalah yang ada di masyarakat.

“Bahkan bisa jadi bersifat subyektif atau membaca data – data statistik di laporan dinas dinas yang cenderung data sekunder,” pungkasnya

Reporter Fathurrahim Syuhadi