Sebuah Renungan : Memaknai Kemerdekaan dalam Prespektif Islam

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Gemuruh lagu Indonesia Raya bergemah hampir disetiap lorong-lorong kampung di seantero negeri. Hampir disetiap rumah-rumah dipenuhi simbol -simbol aksesoris Merah Putih. Demikian di sampaikan Sigit Awwaludin S.EI, Senin (26/8/2024)

Menurut Sigit Awwaludin, wajar saja pekan ini merupakan pekan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79. Tepat 79 tahun yang lalu, bapak proklamator kita Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan pukul 10.00 dari Jl. Pegangsaan Timur No 56 Jakarta.

“Tentunya, kemerdekaan Negeri yang kita cintai ini merupakan anugerah dan karunia yang sangat besar dari Allah SWT yang patut untuk kita syukuri bersama..” ujar Guru SMP Muhammadiyah 27 Paciran Lamongan

Bagaimana tidak ?

Lebih lanjut pria kelahiran 27 tahun silam ini mengajak kita berfikir. Jika kita berpikir dengan menggunakan logika dan akal sehat manusia semata. Maka dirasa mustahil bangsa ini, bisa memenangkan pertempuran melawan penjajah.

“Pejuang pejuang terdahulu hanya mengandalkan persenjataan tradisional nan seadanya. Keris, tombak, bambu runcing. Sedangkan para penjajah sudah menggunakan persenjataan modern pada masanya. Pistol, tembak, meriam, granat hingga meriam,” tegas sarjana Ekonomi Islam ini.

Ditambahkan Sigit Awwaludi, bahkan dari segi postur tubuh pun, pejuang – pejuang bangsa Indonesia relatif kecil jika dibandingkan perawakan bangsa penjajah. Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah tentara yang terlatih. Maka dari semua aspek, pejuang pejuang Indonesia kalah dari segala sisi. Kecuali semangat juang.

“Sehingga sekali lagi, jika dihitung dari matematika manusia. Maka sangatlah mustahil kemenangan bangsa Indonesia bisa diraih. Akan tetapi karena pertolongan dari Allah, karena kekuasaan dari Allah, Karena karunia Allah, serta Qadla dan Qadar dari Allah. Bangsa Indonesia negeri yang kita cintai ini berhasil mengusir bangsa barat dari bumi Pertiwi,” jelas lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini

Nikmati dan karunia yang besar ini, 79 tahun lalu telah disadari oleh pahlawan – pahlawan kita. Sehingga didalam pembukaan konstitusi negara Indonesia. Tertulis sebuah kalimat “Berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan leluhur”.

Lanjutnya, sebagai bentuk pengakuan bahwa kemerdekaan ini semata-mata diraih karena tetes darah dan keringat bangsa Indonesia. Melainkan terdapat campur tangan dari Allah SWT.

Akan tetapi patutlah untuk kita sayangkan, serta untuk kita tangisi bersama. Bahwa akhir akhir ini, banyak sekali oknum yang berada di luar sana. Bahkan di sekitar kita, memaknai kemerdekaan bangsa Indonesia yang merupakan nikmat dan karunia dari Allah SWT ini, menggunakan cara-cara yang sangat jauh dari nilai-nilai moral dan etika keislaman.

“Tidak jarang kita temui, baik melalui sosial media maupun dihadapan mata kita. Perayaan peringatan Kemerdekaan dengan menari-menari dengan mengumbar aurat, berpakaian yang terbuka. Memperingati kemerdekaan dengan menyelenggarakan kegiatan yang jika dinilai lebih banyak nilai mudhorotnya dari pada nilai mashlahatnya. Na’udzubillahi min dzalik,” ucap Sigit Awwaludin

Selalu Mensyukuri Nikmat Allah

Kemudian dijelaskan Sigit Awwaludin padahal Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman di dalam Al Qur’an, “barang siapa yang mensyukuri nikmat -Ku maka niscaya akan aku tambah nikmat tersebut. Dan barang siapa yang kufur terhadap nikmat -Ku maka sesungguhnya Adzab-Ku sangatlah pedih (Qs. Ibrahim : 7).

“Dari dalil di atas, maka marilah kita merenungi dari lubuk hati yang terdalam. Apakah kita ini sudah menjadi Hamba Allah SWT yang bersyukur terhadap nikmat terutama terhadap nikmat kemerdekaan dengan baik. Atau justru sebaliknya kita ini termasuk Hamba Allah SWT yang kufur terhadap nikmat Allah yang berupa nikmat kemerdekaan,” ujar pria kelahiran Lamongan 9 April 1997

Sekali lagi marilah kita renungi bersama. Tidakkah kita melihat dari kisah kisah kaum terdahulu. Tidakkah kita mengambil pelajaran dari kisah kaum samud..? Tidakkah kita mengambil pelajaran dari kisah kaum Nabi Nuh ..? Tidakkah kita mengambil pelajaran dari kisah Fir’aun dan Qarun..? yang mana mereka semua diadzab dan dibinasakan oleh Allah SWT lantaran Dzalim dan kufur terhadap nikmat Allah SWT.

“Oleh karena itu, sebagai kewajiban bagi seorang muslim yakni saling mengingatkan terhadap kebaikan. Marilah kita mensyukuri nikmat Allah SWT berupa nikmat kemerdekaan ini dengan cara-cara yang baik, dengan cara yang sopan dan santun,” sambungnya

Ditambahkan Sigit Awwaludin lantas bagaimana cara yang terbaik untuk memaknai kemerdekaan..? Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Maka tiada cara yang lebih baik dalam memaknai kemerdekaan bangsa Indonesia ini, dengan semakin meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Memaknai kemerdekaan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, Tanpa meninggalkan nilai-nilai Agama. Wallahu A’lam bisshawab,” tutupnya

Reporter Fathurrahim Syuhadi