Hidup yang Berkah, Jejak yang Tak Terhapus oleh Waktu

Listen to this article

SURABAYA lintasjatimnews – Allah Swt. mengingatkan manusia tentang hakikat waktu dan kehidupan dalam firman-Nya:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-‘Ashr [103]: 1–3)

Surah Al-‘Ashr yang sangat singkat ini menyimpan pesan mendalam tentang keterbatasan usia manusia. Waktu terus berjalan tanpa menunggu siapa pun. Usia manusia sepenuhnya berada dalam ketentuan Allah Swt. Ada yang wafat sebelum lahir, ada yang meninggal di usia kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan lanjut usia.

Panjang atau pendeknya usia bukan ukuran kemuliaan, sebab Allah Maha Adil dan Maha Mengetahui rahasia setiap hamba-Nya.

Setiap manusia pada dasarnya menginginkan hidup yang bermakna, dikenang dengan kebaikan, dan meninggalkan jejak kebajikan. Namun tidak sedikit yang terjebak dalam pesona dunia yang fana, sehingga lupa bahwa hidup bukan sekadar tentang lama bernapas, melainkan tentang apa yang dipersembahkan selama bernyawa.

Panjang usia tidak selalu berbanding lurus dengan keberkahan hidup. Ada manusia yang usianya singkat, tetapi amal dan pengaruh kebaikannya melampaui batas waktu hidupnya.

Keberkahan hidup inilah yang menjadikan seseorang tetap “hidup” dalam ingatan umat. Amal saleh, keteladanan, dan nilai kebaikan yang diwariskan menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya. Mengenang orang-orang saleh bukan sekadar nostalgia, melainkan cara menumbuhkan semangat untuk berjalan di jalan yang diridai Allah Swt. Keberkahan hidup yang melebihi usia di dunia fana itulah bekal sejati manusia.

Rasulullah Saw. bersabda “Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa usia biologis memang berakhir, tetapi usia keberkahan dapat terus mengalir melalui amal jariyah. Kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan menjadi saksi di hadapan Allah dan di tengah masyarakat.

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa Surah Al-‘Ashr adalah “ringkasan falsafah hidup seorang Muslim.”

Menurut Hamka, manusia akan merugi bila hidupnya berlalu tanpa iman, amal saleh, perjuangan menegakkan kebenaran, dan kesabaran menghadapi ujian. Hidup yang tidak diisi nilai ilahiah hanyalah usia yang kosong, meski tampak panjang di mata manusia.

Lebih jauh, Hamka menegaskan bahwa keberuntungan sejati bukanlah panjang umur, kekayaan, atau popularitas, melainkan keberhasilan menggunakan waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberi manfaat bagi sesama.

Semoga kita termasuk hamba-hamba yang dianugerahi husnul khatimah, mampu memaknai usia dengan amal terbaik, serta menebar kebaikan di jalan-Nya. Karena pada akhirnya, bekal yang benar-benar kita perlukan kelak bukanlah lamanya hidup, melainkan amal jariyah yang terus mengalir dari dunia hingga akhirat.

Penulis Fathurrahim Syuhadi