Meniti Jalan Ilmu di Tengah Waktu : Biografi TB Sehabuddin Aceh, S.KM, S.Ag, M.Pd, ANZIIF

Listen to this article

SEMARANG lintasjatimnews – TB Sehabuddin Aceh lahir di Jakarta pada 22 Oktober 1975 dan tumbuh besar di tengah dinamika ibu kota yang kosmopolit. Meski demikian, akar budaya dan nilai religius keluarganya begitu kuat.

Sang ibu berasal dari Pemalang, Jawa Tengah, sementara ayahnya dari Serang, Banten. Penyematan gelar “TB” (Tubagus) di depan namanya bukan sekadar identitas, melainkan penanda kuat ikatan kultural Banten yang menyatu dengan tradisi Jawa dan kehidupan urban Jakarta. Perpaduan latar tersebut membentuk pribadi Sehabuddin yang adaptif terhadap perubahan, terbuka pada kemajuan, namun tetap teguh berpijak pada nilai agama dan tradisi.

Pengalaman pendidikan paling berkesan justru ia rasakan pada masa kanak-kanak. Sehabuddin mengawali sekolah di SDN 06 Pagi Jakarta Timur. Di usia kelas 2 SD, dengan panggilan kecil “Seha”, ia juga bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dalam waktu relatif singkat, sekitar empat tahun, ia menuntaskan pendidikan MI melalui program percepatan kelas. Momen kelulusan menjadi kisah tersendiri karena ia harus menghadapi ujian akhir SD dan MI yang beriringan, sehingga keluarga bermusyawarah menentukan prioritas ujian.

Selepas pendidikan dasar, keinginannya untuk mondok di pesantren belum mendapat restu orang tua, mengingat pada akhir 1980-an pesantren belum menjadi pilihan utama. Ia pun melanjutkan ke SMP dan SMA. Cita-cita menjadi dokter telah tumbuh sejak remaja, mendorongnya memilih jurusan biologi di SMA sebagai pijakan awal.

Setelah lulus, ia sempat lolos seleksi Pendidikan Pos dan Giro, namun kembali tertunda. Ia lalu mengikuti seleksi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan dan dinyatakan lulus sebagai cadangan kedua. Ketidakpastian tersebut membawanya memilih jalur lain: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, hingga meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M).

Karier profesionalnya dimulai di PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, bagian dari grup Pertamina. Dunia asuransi kesehatan kemudian menjadi medan pengabdian dan pembelajaran profesionalnya selama lebih dari dua dekade. Ia telah berkiprah di lebih dari sembilan perusahaan, menapaki jenjang dari staf hingga manajerial senior. Kini, Sehabuddin menjabat sebagai Senior Manager di PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia di bawah Indika Group.

Dalam perjalanan hidupnya, ia membangun keluarga bersama Ernawati asal Cianjur. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tiga anak. Putri sulungnya, Ratu Ayu Murniasih, menempuh pendidikan Kedokteran di Universitas Baiturrahmah Padang. Anak kedua, Ratu Yastin Rengganis, belajar di Ma’had Al-Rushd Tarim Hadramaut Yaman, dan telah menyempurnakan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Sementara itu, anak ketiganya, Tubagus Sularso Budi Prakso, tengah mendalami bahasa Arab di Kampung Pare, Kediri, dengan cita-cita melanjutkan studi ke Tarim.

Tahun 2021 menjadi titik balik penting. Dorongan kuat untuk memperdalam Al-Qur’an dan tafsir membawanya kembali ke bangku kuliah di STAI Al Hidayah Bogor, Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Meski menjadi mahasiswa “paling senior”, ia menyelesaikan studi empat tahun dengan predikat cum laude dan meraih gelar S.Ag. Bahkan sejak semester tujuh S1, ia telah menempuh S2 Magister Pendidikan Agama Islam di Unissula Semarang.

Dengan manajemen waktu yang ketat dan dukungan keluarga, pada 2025 ia resmi menyandang gelar S.Ag dan M.Pd. Prestasi akademiknya semakin bermakna saat tesisnya meraih penghargaan Best Paper BICOINS.

Kini, Sehabuddin bersiap melanjutkan studi doktoral dengan gagasan riset inovatif tentang “Model Be–Do–Have sebagai Kerangka Pembentukan Entrepreneurial Mindset: Studi Pengaruh Entrepreneurial Education, Entrepreneurial Self-Efficacy, dan Entrepreneurial Attitude pada Mahasiswa Pendidikan Agama Islam.” Menurutnya, kebaruan penelitian ini terletak pada pemanfaatan konsep Be–Do–Have sebagai kerangka konseptual, dan semoga lancar proses penyusunannya hingga wisuda.

Di luar akademik, ia aktif di Alumni Pendidikan Mubaligh Ikadi, juga aktif mengisi khutbah dan Imam Sholat Jumat, dan dalam waktu dekat akan mendirikan pesantrenpreneur di Bogor, lembaga yang memadukan iman, ilmu, dan kemandirian ekonomi.

Baginya, belajar adalah perjalanan seumur hidup. Selama niat lurus, langkah konsisten, dan Allah menjadi tujuan akhir, usia bukanlah batas, tentu dengan ikhtiar dan kesiapan “fulusnya”.

Reporter Fathurrahim Syuhadi