Bambang Nurdiansyah, SPd, MPd : Dari Bengkel Mesin hingga Merintis Pesantren Tahfidz

Listen to this article

CIANJUR lintasjatimnews – Bambang Nurdiansyah lahir di Way Huwi, 10 Februari 1980. Sejak muda, ia dikenal sebagai sosok pekerja keras yang pantang menyerah dalam mengejar cita-cita.

Setelah menamatkan pendidikan di SMK jurusan mesin pada tahun 2000, Bambang justru memilih jalan hidup yang berbeda dari latar belakang pendidikannya. Di usia 24 tahun, ia memutuskan untuk menimba ilmu di pesantren, langkah yang mengubah arah hidupnya menuju dunia dakwah dan pendidikan Islam.

Kesungguhan dalam menuntut ilmu tidak berhenti di situ. Pada tahun 2009, tepat di usia 28 tahun, Bambang melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2013. Tak lama kemudian, ia mulai mengabdikan diri di dunia pendidikan dengan mengajar di Yayasan Marinir Cilandak selama tiga tahun. Pengalaman itu menjadi bekal berharga bagi perjalanan pengabdiannya berikutnya.

Tahun 2016 menjadi titik penting dalam karier pendidikannya. Dengan tekad kuat dan semangat dakwah, Bambang merintis berdirinya SDIT di Depok, sebuah sekolah yang ia bangun dari nol bersama rekan-rekan sevisi. Namun, perjalanan itu kembali berlanjut ketika pandemi COVID-19 melanda. Di tahun ajaran 2019/2020, Bambang hijrah ke Cibeber, Cianjur, untuk mendirikan Pesantren Tahfidzul Qur’an. Langkah hijrah ini bukan sekadar perpindahan tempat, tetapi juga bentuk pengabdian baru untuk mencetak generasi Qurani di tengah tantangan zaman.

Kesadarannya terhadap cepatnya perkembangan dunia pendidikan modern membuat Bambang terus berbenah. Ia merasa perlu memperkuat kapasitas akademik agar lembaga yang dikelolanya mampu bersaing dan tetap relevan. Maka, dengan niat tulus untuk terus belajar, ia melanjutkan pendidikan Magister di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Meski harus membagi waktu antara kuliah, mengelola pesantren, membimbing santri, dan mengurus keluarga, Bambang berhasil menyelesaikan studi tepat waktu.

“Perjuangan menyelesaikan kuliah magister bukan hal mudah,” ujarnya suatu ketika. “Banyak waktu yang harus dikorbankan, tapi berkat dukungan keluarga, teman sejawat, dan dosen-dosen yang sabar, akhirnya semua bisa dilalui.”

Kini, Bambang dikenal sebagai sosok pendidik dan penggerak lembaga Islam yang istiqamah. Ia bukan hanya membangun lembaga, tetapi juga membangun jiwa para santri dan guru agar terus mencintai ilmu. Dalam kesehariannya, ia masih aktif mengajar, membimbing santri, dan mengembangkan kurikulum pesantren agar sesuai dengan tantangan zaman modern.

Di balik kesibukan itu, Bambang adalah seorang ayah yang penyayang. Ia dikaruniai enam anak putri dan seorang putra angkat. Keluarga menjadi sumber semangat dalam setiap langkah perjuangannya. Tak berhenti di jenjang magister, kini Bambang sedang berupaya melanjutkan studi ke program doktoral, sebagai wujud komitmennya untuk terus belajar sepanjang hayat.

Bagi Bambang, pendidikan bukan sekadar gelar, tetapi pengabdian yang tak pernah selesai. Ia percaya bahwa keberkahan hidup akan datang kepada mereka yang terus belajar dan memberi manfaat bagi sesama.

“Semoga ilmu ini menjadi keberkahan bagi umat dan dunia pendidikan,” tuturnya penuh harap.

Kisah hidup Bambang Nurdiansyah SPd MPd adalah cermin dari makna ayat Allah dalam QS. Al-Insyirah ayat 6 “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Melalui ketekunan dan doa, ia telah membuktikan bahwa setiap langkah yang ditempuh dengan niat ikhlas akan berbuah kebaikan dan keberkahan.

Reporter Fathurrahim Syuhadi