LAMONGAN lintasjatimnews – Investasi adalah upaya menanam sesuatu hari ini untuk memperoleh hasil yang lebih besar di masa depan. Dalam konteks pembangunan bangsa, banyak orang berpikir bahwa investasi terbesar adalah pada infrastruktur, teknologi, atau sumber daya alam.
Padahal, investasi yang sesungguhnya adalah investasi pada manusia, dan pusat dari investasi itu adalah guru. Guru adalah pilar utama dalam membangun sumber daya manusia yang berilmu, beradab, dan berakhlak mulia.
Islam menempatkan orang berilmu pada derajat yang tinggi. Allah Swt berfirman “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al-Mujadilah: 11)
Guru adalah sosok yang menyampaikan ilmu, membimbing murid bukan hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan keteladanan. Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di lubangnya dan ikan di lautan, mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan betapa mulianya guru. Mengajarkan ilmu adalah amal jariyah, pahala yang terus mengalir selama ilmu tersebut diamalkan.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengatakan “Seorang guru adalah pewaris para nabi. Tugasnya bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menuntun hati agar dekat dengan Allah.”
Maka, keberadaan guru bukan sekadar profesi, melainkan amanah peradaban.
Bangsa yang besar tidak hanya dibangun dengan gedung megah atau jalan raya yang mulus, melainkan dengan kualitas manusianya. Dan kualitas manusia lahir dari pendidikan. Di sinilah peran guru menjadi investasi jangka panjang.
Setiap murid yang diajari membaca, menulis, berhitung, berpikir kritis, dan berakhlak mulia, akan menjadi aset bangsa di masa depan. Seorang guru yang mendidik murid dengan kesabaran dan kasih sayang, hakikatnya sedang menanam benih peradaban yang kelak akan tumbuh menjadi pohon besar peneduh masyarakat.
Contoh nyata terlihat dalam sejarah bangsa Indonesia. Tanpa guru, tidak akan lahir para pejuang kemerdekaan yang berani, para ulama yang alim, dan para pemimpin yang visioner. Guru adalah tangan panjang yang membentuk arah masa depan bangsa.
Di tengah kemajuan teknologi, guru menghadapi tantangan besar. Informasi tersedia melimpah di internet, tetapi belum tentu menjadi ilmu yang bermanfaat. Murid bisa belajar dari gawai, tetapi gawai tidak bisa menanamkan nilai.
Di sinilah peran guru menjadi penting. Guru bukan hanya penyampai informasi, melainkan penafsir nilai. Guru membantu murid membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang bermanfaat dan mudarat, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan nyata.
KH. Hasyim Asy’ari dalam Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim menegaskan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Ilmu tanpa adab hanya akan melahirkan generasi pintar tetapi tidak berakhlak. Guru lah yang memastikan ilmu berjalan seiring dengan akhlak.
Jika guru adalah investasi bangsa, maka sudah seharusnya mereka mendapat penghargaan yang layak. Bukan hanya dari segi kesejahteraan, tetapi juga penghormatan moral. Guru yang sejahtera akan lebih fokus mendidik, dan guru yang dihormati akan lebih bersemangat dalam mengajar.
Sayangnya, masih banyak guru yang hidup dalam keterbatasan. Mereka terus mengabdi meski dengan gaji kecil, karena kesadaran bahwa tugasnya adalah ibadah. Namun, bangsa yang bijak tidak boleh membiarkan guru berjuang sendiri. Negara dan masyarakat harus bersama-sama memastikan guru mendapatkan haknya.
Menghargai guru berarti menghargai masa depan bangsa. Sebaliknya, jika guru diabaikan, maka bangsa sedang menyiapkan kehancurannya sendiri.
Apa yang diajarkan guru tidak berhenti pada satu generasi. Seorang murid yang diajari ilmu, lalu mengajarkannya kepada orang lain, sesungguhnya sedang meneruskan warisan gurunya. Inilah yang membuat peran guru menjadi investasi berlipat ganda.
Seorang ulama, ilmuwan, dokter, insinyur, pemimpin, bahkan seorang penulis, semua lahir dari didikan guru. Dengan kata lain, guru adalah akar dari segala profesi.
Rasulullah Saw bersabda “Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya (HR. Muslim)
Guru yang mengajarkan ilmu sejatinya memiliki ketiganya: ilmu yang bermanfaat, murid yang mendoakan, dan amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
Guru adalah investasi bangsa yang paling berharga. Mereka menanam benih ilmu, adab, dan akhlak yang akan berbuah dalam bentuk generasi cerdas dan berkarakter. Guru adalah modal jangka panjang yang menentukan arah kemajuan bangsa.
Karena itu, sudah saatnya kita benar-benar menempatkan guru pada posisi terhormat. Memberikan kesejahteraan, mendukung perjuangan mereka, dan menghargai setiap keringat yang dicurahkan.
Bangsa yang memuliakan guru akan menuai kejayaan. Bangsa yang mengabaikan guru akan kehilangan masa depan. Maka, mari kita muliakan guru, karena mereka adalah investasi paling nyata bagi peradaban.
Reporter: Fathurrahim Syuhadi