BOGOR lintasjatimnews – Tgk Mustaghfiri, Lc, S.Pd, M.Pd lahir di Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh pada 9 Oktober 1995, dari keluarga besar ulama. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan religius yang sarat dengan tradisi keilmuan Islam.
Kakeknya dikenal sebagai seorang alim yang menguasai kitab Tuhfatul Muhtaj, karya monumental Syekh Ibnu Hajar al-Haitami. Lebih dari itu, ia juga dibesarkan di tengah keluarga yang memiliki kedekatan erat dengan thariqat Naqsyabandiyyah, salah satu thariqat besar yang banyak berkembang di Aceh. Lingkungan inilah yang membentuknya menjadi pribadi yang mencintai ilmu agama dan memiliki komitmen kuat dalam pengabdian keummatan.
Sejak usia muda, Tgk. Mustaghfiri menapaki jalan pendidikan yang panjang dan penuh kesungguhan. Ia menghabiskan tiga tahun menimba ilmu di pesantren terpadu, lalu melanjutkan lima tahun berikutnya di pesantren tradisional yang lebih menekankan pada penguasaan kitab kuning.
Tak berhenti di situ, semangat menuntut ilmunya membawanya ke Darul Mustafa, Tarim, Yaman, sebuah pusat ilmu dan spiritualitas Islam yang telah melahirkan banyak ulama besar. Selama enam tahun ia berada di sana, memperdalam khazanah keilmuan Islam, baik dalam aspek fikih, tasawuf, maupun dakwah.
Kembali ke Tanah Air untuk Mengabdi
Setelah pulang ke tanah air dengan menyandang gelar akademik Lc (Licentiate), ia menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi dalam negeri. Ia meraih gelar sarjana dari Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Kemudian, semangat akademiknya dilanjutkan dengan menempuh S2 Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Bagi Tgk. Mustaghfiri, pengalaman belajar di Unissula memberikan kesan mendalam. Ia merasa bersyukur bisa menimba ilmu di kampus tersebut, karena di sanalah ia menemukan titik temu antara khazanah syariat klasik yang ada dalam kitab kuning dengan pendekatan ilmiah dan akademik modern.
Kini, Tgk Mustaghfiri mengabdikan dirinya sebagai pengasuh Ma’had Azzikra Gunung Sindur dan juga pengasuh Pengajian Ummahat Majlis Taklim di Gunung Sindur Bogor. Melalui kedua wadah ini, ia aktif membimbing umat, memperdalam pengajaran agama, serta menanamkan nilai-nilai Islam yang moderat dan penuh hikmah.
Kehadirannya membawa warna tersendiri dalam dakwah, karena ia mampu menjembatani dua tradisi. Tradisi pesantren dengan kitab kuning yang sarat kedalaman, serta tradisi akademik yang sistematis dan metodologis. Perpaduan inilah yang membuat gaya pengajarannya lebih mudah diterima oleh berbagai kalangan, baik ibu-ibu majelis taklim maupun para santri.
Harapan dan Cita-Cita
Meski telah menempuh pendidikan panjang dan berperan besar dalam pengajaran Islam, Tgk. Mustaghfiri masih menyimpan cita-cita untuk terus melanjutkan studinya. Ia berkeinginan kuat untuk menempuh pendidikan doktoral.
Baginya, perjalanan menuntut ilmu adalah sebuah amal ibadah yang tidak boleh berhenti. Dengan kerendahan hati, suami dari Tgk. Siti Humaira Syamwil berharap semoga Allah memudahkan segala urusan, membuka jalan, dan memberi kekuatan untuk melanjutkan langkah tersebut.
Doa dan tekad itu sejalan dengan pepatah ulama, bahwa mencari ilmu tidak mengenal usia maupun batas waktu. Tgk. Mustaghfiri menjadi contoh nyata bagaimana seorang alim tidak hanya mewarisi tradisi ulama terdahulu, tetapi juga terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Kisah hidup Tgk Mustaghfiri Lc, S.Pd, M.Pd adalah gambaran ulama muda yang mampu merangkai mata rantai antara tradisi dan modernitas, antara pesantren dan perguruan tinggi, antara pengajaran klasik dan akademik. Ia lahir dari keluarga ulama, menempuh jalan panjang menuntut ilmu hingga ke Yaman, lalu kembali untuk mengabdi di tengah umat.
Keikhlasan dan kesungguhannya menjadi bukti bahwa warisan keilmuan Islam tidak pernah padam, melainkan terus berlanjut melalui generasi demi generasi. Semoga cita-citanya untuk meraih gelar doktor segera terwujud, dan kiprahnya dalam membimbing umat semakin luas serta memberi manfaat yang berkah.
Reporter Fathurrahim Syuhadi