LAMONGAN lintasjatimnews – Kelahiran Nabi Muhammad Saw merupakan peristiwa agung yang tidak hanya menjadi kebahagiaan bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh alam semesta. Beliau hadir ke dunia sebagai pembawa risalah, penebar kasih sayang, sekaligus cahaya yang menerangi kegelapan jahiliyah.
Allah Swt berfirman “Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat ini menjadi dasar bahwa kelahiran Rasulullah bukanlah sekadar kelahiran seorang manusia biasa, melainkan lahirnya sosok pembawa rahmat, petunjuk, dan pedoman hidup bagi umat manusia hingga akhir zaman.
Nabi Muhammad Saw lahir pada tahun 570 Masehi yang dikenal sebagai Tahun Gajah, tahun ketika pasukan Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah namun digagalkan oleh tentara Allah. Beliau lahir dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab, berasal dari kabilah Quraisy, suku yang terhormat di Makkah.
Kondisi bangsa Arab pada masa itu sangat memprihatinkan. Mereka tenggelam dalam penyembahan berhala, kesenjangan sosial, serta perpecahan antar suku. Nilai kemanusiaan terabaikan; bayi perempuan dikubur hidup-hidup, yang lemah tertindas, dan yang kuat berbuat sewenang-wenang.
Dalam suasana inilah, kelahiran Muhammad Saw menjadi isyarat hadirnya perubahan besar bagi peradaban manusia.
Nilai dan Spirit yang Bisa Diambil
Kelahiran Nabi Muhammad Saw membawa makna mendalam bagi dunia. Ulama klasik maupun kontemporer sepakat bahwa kelahiran beliau adalah puncak dari doa para nabi terdahulu dan jawaban atas kehausan manusia akan petunjuk Ilahi.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Hadis ini menegaskan bahwa misi kelahiran Nabi bukan sekadar meluruskan keyakinan umat manusia, tetapi juga menegakkan akhlak dan moralitas. Beliau adalah sosok teladan yang menyeimbangkan antara ketauhidan, keadilan sosial, dan akhlak mulia.
Menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw sejatinya bukan hanya dengan perayaan seremonial, tetapi juga dengan menumbuhkan cinta dan meneladani ajaran beliau. Beberapa nilai penting yang bisa kita ambil antara lain:
Pertama, Meneladani akhlak Rasulullah. Beliau dikenal sebagai al-Amin (orang yang terpercaya) bahkan sebelum diangkat menjadi nabi. Kejujuran, kesantunan, dan kasih sayang beliau harus menjadi pedoman bagi umat Islam.
Kedua, Membangun kesadaran sosial. Rasulullah Saw peduli terhadap fakir miskin, anak yatim, dan kaum yang tertindas. Spirit kepedulian ini relevan untuk menjawab persoalan ketidakadilan sosial saat ini.
Ketiga, Menjadikan Maulid sebagai momentum introspeksi. Kelahiran Nabi Saw seharusnya menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, serta meningkatkan amal saleh.
Relevansi di Era Kini
Di era modern, umat Islam menghadapi tantangan besar antara lain materialisme, krisis moral, hingga konflik kemanusiaan. Dalam kondisi demikian, meneladani Nabi Muhammad Saw menjadi solusi utama.
Beliau mengajarkan pentingnya ilmu pengetahuan, sebagaimana hadis: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Dengan ilmu, umat Islam dapat membangun peradaban yang berkeadilan dan bermartabat.
Lebih dari itu, Rasulullah Saw mengajarkan sikap toleransi dan kasih sayang. Saat tinggal di Madinah, beliau membangun Piagam Madinah sebagai bentuk perjanjian hidup damai antar umat beragama.
Kelahiran Nabi Muhammad Saw adalah anugerah terbesar bagi semesta alam. Beliau hadir membawa cahaya kebenaran, membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari kesesatan menuju jalan yang lurus.
Menyambut Maulid Nabi seharusnya kita isi dengan memperbanyak shalawat, meneladani akhlak beliau, serta menghidupkan nilai-nilai perjuangan yang beliau wariskan. Dengan begitu, cinta kita kepada Rasulullah bukan hanya terucap di lisan, tetapi terwujud dalam amal nyata.
Semoga kita termasuk umat yang selalu meneladani beliau, sehingga kelahiran Nabi Muhammad Saw benar-benar menjadi rahmat dan anugerah dalam kehidupan kita.
Reporter Fathurrahim Syuhadi