LAMONGAN lintasjatimnews – Di mata siswa, guru adalah sosok multifungsi: pengajar, teladan, sahabat, sekaligus inspirator. Mereka belajar bukan hanya dari buku atau papan tulis, tetapi juga dari sikap dan pribadi guru sehari-hari.
Bagi seorang siswa, guru bukan hanya orang yang berdiri di depan kelas, menyampaikan materi pelajaran, lalu memberi tugas. Lebih dari itu, guru hadir sebagai figur penting yang membentuk watak, memengaruhi sikap, bahkan memberi arah masa depan mereka.
Di mata siswa, guru adalah sumber ilmu. Ketika menemui kesulitan, siswa menjadikan guru sebagai tempat bertanya dan mencari pencerahan.
Al-Qur’an menegaskan kemuliaan ilmu dan orang berilmu “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujādilah: 11)
Maka tidak heran jika siswa menaruh hormat kepada guru. Apa yang disampaikan guru sering kali dianggap sebagai kebenaran yang patut diikuti.
Namun, siswa tidak hanya menilai guru dari pengetahuan, tetapi juga dari teladan sehari-hari. Cara berbicara, sikap adil, hingga cara guru memperlakukan murid, semuanya terekam dalam ingatan.
Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menegaskan pentingnya keteladanan. Siswa bisa saja lupa isi pelajaran, tetapi mereka akan selalu ingat sikap guru yang sabar, ramah, atau sebaliknya—guru yang mudah marah dan pilih kasih.
Tidak sedikit siswa yang memandang guru sebagai sahabat. Guru yang mau mendengar, menasihati, dan memberi motivasi akan dirasakan dekat. Imam Al-Ghazali berpesan, guru hendaknya memperlakukan murid seperti anaknya sendiri. Dengan kasih sayang, ilmu akan lebih mudah diterima.
Di era sekarang, ketika siswa dihadapkan pada berbagai tantangan, keberadaan guru yang mau membersamai mereka sangat dibutuhkan. Sapaan kecil, senyum tulus, atau perhatian sederhana bisa menjadi energi besar bagi siswa untuk terus bersemangat belajar.
Bagi banyak siswa, guru adalah salah satu penentu masa depan. Guru yang mampu menumbuhkan kepercayaan diri, mendorong kreativitas, dan mengarahkan potensi akan selalu dikenang sepanjang hidup.
Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lubangnya dan ikan di laut, mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
Betapa besar penghargaan Islam kepada guru. Doa kebaikan dari seluruh makhluk adalah bukti bahwa mendidik adalah amal mulia yang tidak pernah terputus pahalanya.
Hal ini sejalan dengan pesan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, yang menegaskan peran guru dalam tiga dimensi: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Artinya, di depan guru harus memberi teladan, di tengah harus membangun semangat, dan di belakang harus memberi dorongan.
Ibnul Mubarak pernah berkata: “Aku lebih membutuhkan adab satu hari daripada ilmu selama 30 tahun.” Pesan ini seolah menegaskan bahwa keteladanan guru justru lebih berkesan daripada pelajaran akademik semata.
Karena itu, menjadi guru bukan hanya soal profesi, melainkan panggilan hati. Guru sejati adalah mereka yang tidak hanya mengajarkan ilmu untuk hari ini, tetapi menanamkan nilai-nilai kebaikan yang akan dikenang siswa sepanjang hidupnya.
Di mata siswa, guru adalah sosok multifungsi : pengajar, teladan, sahabat, sekaligus inspirator. Mereka belajar bukan hanya dari buku atau papan tulis, tetapi juga dari sikap dan pribadi guru sehari-hari.
Reporter Fathurrahim Syuhadi