LAMONGAN lintasjatimnews – Guru bukan hanya pendidik di ruang kelas, tetapi juga juru kebaikan bagi masyarakat. Melalui ilmu, keteladanan, dan bimbingannya, seorang guru menyalakan cahaya peradaban.
Tidak berlebihan bila guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sebab dari tangannya lahir generasi yang cerdas, berakhlak, dan siap membangun bangsa.
Al-Qur’an menegaskan kemuliaan orang berilmu. Allah Swt. berfirman “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Ayat ini menegaskan bahwa guru sebagai pewaris ilmu memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Seorang guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga penunjuk jalan menuju kebaikan.
Rasulullah Saw. Bersabda “Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi, sampai semut di lubangnya dan ikan di lautan, semuanya mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menegaskan betapa mulianya profesi guru sebagai juru kebaikan. Doa semesta menyertai mereka yang ikhlas menebarkan ilmu dan akhlak mulia.
Kebaikan seorang guru tidak hanya dinikmati oleh murid, tetapi juga oleh masyarakat luas. Guru yang ikhlas mendidik akan melahirkan generasi berkarakter, yang pada akhirnya membentuk masyarakat yang beradab.
Dengan demikian, peran guru sebagai juru kebaikan bukan hanya tugas pribadi, tetapi juga investasi sosial dan spiritual untuk bangsa.
Oleh karena itu, sudah semestinya guru dihormati, dihargai, dan didukung penuh dalam menjalankan perannya. Sebab, sebagaimana pepatah bijak mengatakan: “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, lihatlah bagaimana gurunya mendidik generasi hari ini.”
Guru adalah cahaya yang menuntun, juru kebaikan yang menebarkan keberkahan, dan pilar utama dalam membangun bangsa yang cerdas sekaligus berakhlak mulia.
Sejalan dengan itu, Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menegah RI menyatakan “Guru adalah teladan akhlak. Ilmu bisa dipelajari dari buku, tetapi keteladanan hanya bisa diwariskan dari guru yang ikhlas.”
Pandangan ini menegaskan bahwa inti dari pendidikan adalah keteladanan moral, bukan semata penguasaan materi.
Sebagai juru kebaikan, guru dituntut untuk menjadi teladan integritas, kedisiplinan, dan kasih sayang. Ketika seorang guru disiplin, jujur, dan penuh semangat, murid akan terdorong untuk meneladaninya.
Namun sebaliknya, bila guru lalai dan kurang berakhlak, murid pun akan kehilangan arah.
Guru juga berperan penting dalam mengajarkan amar makruf nahi munkar. Dengan bahasa yang lembut namun tegas, guru mengajak murid pada kebaikan dan mencegah dari keburukan.
Di era digital saat ini, guru ditantang untuk mengarahkan murid agar bijak bermedia sosial, kritis terhadap informasi, dan menjadikan teknologi sebagai sarana kebaikan, bukan kemudaratan.
Kebaikan seorang guru tidak hanya dinikmati oleh murid, tetapi juga oleh masyarakat luas. Guru yang ikhlas mendidik akan melahirkan generasi berkarakter, yang pada akhirnya membentuk masyarakat yang beradab.
Oleh karena itu, sudah semestinya guru dihormati, dihargai, dan didukung penuh dalam menjalankan perannya. Sebab, sebagaimana pepatah bijak mengatakan: “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, lihatlah bagaimana gurunya mendidik generasi hari ini.”
Reporter Fathurrahim Syuhadi