LAMONGAN lintasjatimnews – Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9).
Ayat ini menegaskan betapa mulianya ilmu dan orang yang berilmu. Guru hadir sebagai perantara agar manusia dapat berpindah dari kebodohan menuju cahaya pengetahuan. Maka, memuliakan guru sesungguhnya adalah memuliakan ilmu itu sendiri.
Rasulullah Saw pun menegaskan kemuliaan guru. Beliau bersabda “Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lubangnya dan ikan di laut, bershalawat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menunjukkan betapa luasnya doa dan keberkahan yang tercurah untuk guru, bahkan dari seluruh makhluk Allah. Kedudukan guru tidak hanya penting dalam kehidupan dunia, tetapi juga dimuliakan di sisi Allah.
Namun, di tengah penghormatan agama yang begitu tinggi, realitas sering kali memperlihatkan hal yang berbeda. Masih banyak guru yang hidup dalam keterbatasan.
Mereka mengabdikan diri mendidik generasi bangsa, tetapi belum sepenuhnya mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan yang layak. Pertanyaannya, pantaskah kita membiarkan para pendidik yang membentuk masa depan bangsa justru terabaikan?
Guru mendidik dengan ikhlas, meski sering kali balas jasanya belum sepadan. Tetapi, keikhlasan itu jangan menjadi alasan bagi bangsa ini untuk lalai menunaikan kewajiban menyejahterakan mereka.
KH. Hasyim Asy’ari pernah berpesan, “Guru adalah pahlawan sejati, yang darinya lahir para pejuang bangsa.” Begitu pula KH. Ahmad Dahlan menekankan pentingnya mendidik dengan hati dan pengabdian.
Buya Hamka juga pernah menegaskan bahwa guru adalah pelita bagi umat. Tanpa guru, masyarakat akan berjalan dalam kegelapan. Itulah sebabnya, menjaga martabat dan kesejahteraan guru sama artinya dengan menjaga cahaya peradaban.
Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, menegaskan “Guru adalah agen peradaban. Guru memiliki peran penting dalam membentuk, membangun, dan meneruskan nilai-nilai peradaban suatu bangsa.”
Dalam konteks Indonesia yang sedang menuju Indonesia Emas 2045, pendidikan harus menjadi prioritas utama. Dan pendidikan yang baik tidak mungkin lahir tanpa guru yang sejahtera, dihormati, dan dimuliakan.
Guru adalah kunci kualitas manusia Indonesia, karena dari tangan merekalah lahir para dokter, insinyur, ulama, pemimpin, dan seluruh profesi yang membangun bangsa.
Oleh karena itu, memuliakan guru bukan sekadar memberi ucapan terima kasih setiap Hari Guru. Tetapi harus diwujudkan dalam kebijakan nyata: peningkatan kesejahteraan, jaminan sosial, akses pendidikan yang adil, dan perlindungan profesi.
Bangsa yang memuliakan guru adalah bangsa yang sedang menyelamatkan masa depannya. Sebaliknya, bangsa yang melupakan guru sedang menyiapkan kehancuran peradaban.
Mari kita renungkan kembali firman Allah “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Muliakan guru, karena dari merekalah ilmu mengalir. Selamatkan masa depan bangsa dengan menempatkan guru di tempat yang semestinya: terhormat, sejahtera, dan mulia.
Reporter Fathurrahim Syuhadi