Guru : Digugu dan Ditiru

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Dalam budaya bangsa Indonesia, guru disebut sebagai sosok yang digugu lan ditiru, artinya dipercaya perkataannya dan diteladani perbuatannya. Ungkapan ini mencerminkan betapa besar kedudukan guru dalam membentuk karakter generasi.

Guru bukan hanya pengajar ilmu pengetahuan, melainkan teladan akhlak, pembimbing kehidupan, dan cahaya peradaban.

Al-Qur’an mengangkat kemuliaan ilmu dan orang yang mengajarkannya. Allah Swt. berfirman “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).

Ayat ini menjadi landasan bahwa guru sebagai penyampai ilmu memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Guru dipercaya oleh murid dan masyarakat karena menyampaikan ilmu yang benar, sekaligus diteladani dalam akhlak mulia yang ia perlihatkan.

Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).

Hadis ini mengingatkan bahwa tugas utama seorang pendidik adalah membentuk akhlak, bukan sekadar memberikan pengetahuan. Guru akan digugu bila perkataannya benar, dan ditiru bila sikap hidupnya mencerminkan akhlak yang baik.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa seorang guru harus menjadi teladan. Ia mengatakan : “Seorang guru adalah pemelihara hati dan penuntun jiwa.

Kata-kata guru akan berbekas bila ia sendiri mengamalkannya.” Pandangan ini mempertegas bahwa integritas guru menjadi kunci utama agar dihormati dan diikuti murid.

Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, juga menegaskan hal yang sama. Ia berkata: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” (Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan).

Filosofi ini menjadi pedoman bahwa guru harus mampu menampilkan keteladanan yang dapat digugu dan ditiru dalam setiap aspek kehidupan.

Dalam kenyataan sehari-hari, murid lebih banyak belajar dari keteladanan daripada sekadar kata-kata. Bila seorang guru disiplin, maka murid akan belajar tentang arti waktu. Bila guru jujur, murid akan terbiasa menjauhi kebohongan.

Bila guru santun, murid pun akan meniru sikap hormat dalam pergaulan. Sebaliknya, bila guru abai pada akhlak, murid pun kehilangan teladan yang seharusnya mereka lihat.

Guru adalah figur yang menghidupkan nilai amar makruf nahi munkar. Dengan tutur kata yang bijak, guru mengajak murid kepada kebaikan, dan dengan sikapnya yang tegas namun penuh kasih sayang, ia mencegah keburukan.

Guru menjadi juru kebaikan yang keberadaannya selalu dirindukan murid dan dihormati masyarakat.

Oleh karena itu, guru perlu dijaga martabatnya, dihargai jasanya, dan diberi ruang yang luas untuk berperan. Karena bangsa yang besar bukan hanya lahir dari kekayaan alam, melainkan dari guru yang digugu lan ditiru oleh murid-muridnya.

Guru adalah teladan sejati, sumber inspirasi, dan penopang peradaban. Dari guru yang ikhlas, lahirlah generasi cerdas berkarakter. Dari guru yang tulus, lahirlah masyarakat berakhlak. Dan dari guru yang digugu dan ditiru, lahirlah bangsa yang berkemajuan.

Reporter Fathurrahim Syuhadi