Guru Ikhlas, Lahirlah Generasi Cerdas Berkarakter

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Guru adalah pilar utama pendidikan. Di tangan merekalah ilmu ditanamkan, nilai ditanamkan, dan karakter dibentuk. Namun, keberhasilan seorang guru tidak hanya bergantung pada kecerdasannya dalam mengajar.

Melainkan juga pada keikhlasan hati dalam mendidik. Guru yang ikhlas, tulus tanpa pamrih, akan melahirkan generasi cerdas sekaligus berkarakter mulia.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya niat yang benar dalam setiap amal. Allah Swt. berfirman “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah : 5).

Ayat ini mengingatkan bahwa setiap amal, termasuk mengajar, harus dilandasi keikhlasan hanya karena Allah. Guru yang ikhlas akan mendidik tanpa hitung-hitungan duniawi semata, tetapi menjadikan ilmunya sebagai amal jariyah.

Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan betapa pentingnya niat ikhlas dalam profesi guru. Bila niatnya lurus karena Allah, maka segala jerih payah, kesabaran, bahkan lelah dan air mata dalam mendidik akan bernilai ibadah.

Ulama besar, Imam Al-Ghazali, dalam Ihya’ Ulumuddin berpesan bahwa guru sejati bukan sekadar mencari kedudukan atau upah, melainkan menanamkan nilai dan mendekatkan muridnya kepada Allah.

Ia menulis “Guru adalah orang yang menuntun manusia ke jalan Allah, dengan ucapan dan perbuatannya.” Dengan demikian, keikhlasan guru menjadi kunci utama dalam keberhasilan mendidik.

Tokoh bangsa lainnya, Buya Hamka, pernah berpesan: “Ilmu itu bukan untuk dipamerkan, tetapi untuk diamalkan dan memberi manfaat.” Guru yang ikhlas mengajarkan ilmu bukan sekadar untuk mencerdaskan, tetapi untuk membentuk manusia yang berakhlak.

Ilmu tanpa karakter akan melahirkan generasi yang cerdas tetapi mudah tersesat, sedangkan ilmu yang dibarengi dengan keikhlasan dan akhlak akan melahirkan generasi beradab.

Nurcholish Madjid, cendekiawan Muslim Indonesia, juga menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual.

Menurutnya, “Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.” Artinya, guru yang ikhlas harus mendidik dengan tujuan membentuk manusia seutuhnya—cerdas, berkarakter, beriman, dan bermoral.

Generasi yang hanya cerdas tanpa karakter akan mudah terjerumus dalam perilaku menyimpang. Sebaliknya, generasi yang berkarakter tapi kurang cerdas bisa tertinggal dalam persaingan global. Maka guru yang ikhlas akan berusaha menyeimbangkan keduanya : kecerdasan intelektual dan kekuatan akhlak.

Bangsa Indonesia membutuhkan guru-guru yang ikhlas. Karena dari tangan mereka akan lahir generasi yang cerdas menguasai ilmu pengetahuan, sekaligus berkarakter luhur yang mampu menjaga persatuan, membangun bangsa, dan menghadapi tantangan zaman.

Guru ikhlas ibarat pelita di kegelapan. Cahaya yang dipancarkannya menuntun murid menemukan jalan hidup yang benar. Dan dari guru yang ikhlas itulah lahir harapan: generasi yang bukan hanya pintar, tetapi juga bermartabat.

Reporter Fathurrahim Syuhadi