LAMONGAN lintasjatimnews – Remaja merupakan generasi penerus yang akan menentukan arah masa depan bangsa. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa banyak remaja menghadapi krisis moral.
Fenomena seperti pergaulan bebas, tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga degradasi etika dalam bermedia sosial menjadi cermin adanya dekadensi moral yang kian mengkhawatirkan.
Kondisi ini tentu menjadi tantangan besar, terutama bagi guru yang berperan bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga pendidik dan teladan.
Al-Qur’an memberikan arahan yang jelas terkait pentingnya menjaga generasi muda dari kerusakan moral. Allah Swt berfirman “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).
Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab pendidikan moral tidak hanya ada pada orang tua, tetapi juga melibatkan guru sebagai orang yang membina, membimbing, dan mendidik anak-anak bangsa.
Rasulullah Saw pun bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Hadis ini mengingatkan bahwa guru memiliki amanah besar. Mereka adalah pemimpin di kelas dan di lingkungan sekolah, yang harus memastikan peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia.
Menurut Imam Al-Ghazali, pendidikan akhlak adalah inti dari pendidikan itu sendiri. Beliau menekankan bahwa ilmu tanpa akhlak hanya akan membawa kerusakan.
Hal ini sangat relevan di tengah kondisi remaja sekarang yang seringkali lebih terpikat pada tren modernitas dan kebebasan tanpa batas, namun mengabaikan nilai moral.
Tantangan terbesar bagi guru adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai akhlak di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi. Guru perlu menghadirkan pendidikan yang tidak hanya berbasis pengetahuan, tetapi juga menekankan pada pembinaan karakter.
Sebagaimana kata Buya Hamka: “Tujuan pendidikan bukan hanya membuat manusia pintar, tetapi juga membuatnya baik.”
Upaya konkret yang dapat dilakukan guru antara lain :
Pertama, menjadi teladan : akhlak guru akan lebih membekas daripada kata-kata.
Kedua, membiasakan nilai Islami dalam proses belajar mengajar, seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.
Ketiga, mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran.
Keempat, bekerja sama dengan orang tua untuk membentuk sinergi dalam mendidik moral anak.
Kelima, selalu update terhadap perkembangan dan pergaulan anak didiknya
Mengingat dekadensi moral remaja adalah ancaman serius, guru dituntut menjadi garda terdepan dalam memperbaiki keadaan. Tugas ini memang berat, tetapi sangat mulia.
Dengan bimbingan yang tulus, doa yang ikhlas, dan usaha yang konsisten, guru dapat membantu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, sebagaimana cita-cita Islam : melahirkan khairu ummah (umat terbaik).
Reporter Fathurrahim Syuhadi