LAMONGAN lintasjatimnews – Kejujuran adalah cahaya yang menuntun kita keluar dari gelapnya fitnah dan kepalsuan. Ia menumbuhkan kepercayaan, memperkuat ukhuwah, dan membersihkan hati dari sifat munafik.
Sebaliknya, ketidakjujuran adalah racun yang merusak diri. Memutus hubungan dan menjerumuskan ke dalam murka Allah Swt.
Kebenaran dan kejujuran adalah dua nilai yang tidak dapat dipisahkan. Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Kebenaran terbesar adalah kejujuran, dan kepalsuan terbesar adalah ketidakjujuran.”
Ucapan ini bukan sekadar nasihat moral, tetapi pedoman hidup yang seharusnya menjadi pegangan setiap muslim.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (QS. At-Taubah: 119)
Ayat ini menunjukkan bahwa kejujuran adalah tanda ketakwaan. Orang yang jujur akan mendapatkan pertolongan Allah, sementara orang yang terbiasa berbohong akan kehilangan keberkahan hidupnya.
Menerima kebenaran kadang terasa pahit, apalagi jika kenyataan itu tidak sesuai dengan harapan. Namun, keikhlasan menerima kebenaran akan menuntun hati pada ketenangan. Sebaliknya, bersembunyi di balik topeng kepalsuan hanya akan menambah beban batin.
Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Dan sesungguhnya seseorang yang selalu berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sedangkan kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Seseorang yang selalu berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (HR. Bukhari dan Muslim)
Sifat manusia memang mudah terjebak oleh hawa nafsu dan godaan setan, bahkan ketika sedang berusaha berbuat baik. Niat yang murni pun akan diuji dengan godaan untuk menyimpang dari kebenaran.
Sekali seseorang tergoda untuk berbohong, kebohongan berikutnya akan datang demi menutupi kebohongan sebelumnya.
Imam Al-Ghazali rahimahullah pernah mengingatkan, “Lidah adalah nikmat yang besar, tetapi jika digunakan untuk dusta, ia menjadi bencana yang paling berbahaya.”
Oleh sebab itu, membersihkan niat dan menjaga ucapan menjadi bagian penting dari ibadah. Amal yang dilakukan dengan cara yang salah akan kehilangan nilainya di sisi Allah.
Banyak orang rela mengorbankan kebenaran demi keuntungan sesaat. Padahal, semua kebohongan pada akhirnya akan terbongkar, dan kebenaran akan tetap berdiri tegak. Maka, berpeganglah pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya agar selamat dunia dan akhirat.
Kita mungkin pernah mendengar pepatah Arab, “Kejujuran itu keselamatan, dan kebohongan itu kebinasaan.”
Maka, siapa pun yang ingin hidup damai dan selamat di dunia serta bahagia di akhirat, hendaknya menjadikan kejujuran sebagai prinsip hidup, meski terkadang terasa berat.
Semoga Allah meneguhkan kita di atas kebenaran, menjauhkan kita dari segala bentuk kebohongan, dan mencatat kita sebagai hamba-hamba-Nya yang jujur.
Reporter Fathurrahim Syuhadi