Kebaikan yang Ditulis, Tak Akan Pernah Habis

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews.com – Kebaikan adalah warisan abadi. Ia tidak hanya hidup dalam ingatan, tetapi juga tumbuh dalam tulisan. Dalam sejarah umat manusia, begitu banyak kebaikan yang terus menginspirasi karena ditulis dan diwariskan.

Kebaikan yang ditulis, tak akan pernah habis.’ Ia akan terus tumbuh, bahkan ketika kita tak lagi menuliskannya,” mengandung makna dalam tentang kekuatan tulisan dalam melestarikan amal saleh.

Allah Swt berfirman: “Dan apa saja kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasannya) di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya (QS. Al-Muzzammil: 20)

Ayat ini mempertegas bahwa setiap amal, sekecil apa pun, termasuk tulisan kebaikan, akan mendapat ganjaran di sisi-Nya. Lebih dari sekadar pahala, tulisan yang mengandung kebaikan adalah amal jariyah. Ia akan terus mengalirkan manfaat walau penulisnya telah tiada.

Rasulullah Saw bersabda “Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali tiga yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.(HR. Muslim)

Dalam konteks ini, tulisan yang berisi ilmu dan kebaikan termasuk dalam “ilmu yang bermanfaat”. Betapa banyak ulama yang telah wafat, namun hingga kini kita masih memetik hikmah dari tulisan mereka.

Imam al-Ghazali, Ibn Qayyim, Imam Syafi’i, dan para ulama lainnya menjadi teladan bahwa tulisan adalah ladang amal yang tak lekang oleh zaman.

Ibnu al-Jauzi pernah berpesan, “tulisan adalah kehidupan kedua bagi seorang manusia. Ia hidup selama tulisannya dibaca.”

Oleh sebab itu, menulis bukan sekadar mencatat pikiran, tetapi juga mengabadikan kebaikan. Setiap kata yang menginspirasi, menguatkan iman, menuntun kepada kebaikan, dan menjauhkan dari keburukan adalah bentuk kontribusi terhadap perbaikan umat.

Dalam era digital seperti sekarang ini, menulis kebaikan menjadi semakin mudah. Media sosial, blog, atau artikel bisa menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai luhur.

Namun penting diingat, bahwa sebagaimana tulisan kebaikan abadi pahalanya, tulisan keburukan pun bisa menjadi dosa jariyah. Maka berhati-hatilah dengan apa yang kita tulis.

Kebaikan yang ditulis dapat berbentuk nasihat, kisah inspiratif, motivasi islami, bahkan pengalaman pribadi yang mengandung hikmah. Tak jarang, tulisan-tulisan sederhana yang jujur dan menyentuh, mampu menggugah jiwa dan menjadi pemantik perubahan bagi pembacanya.

Sebagaimana pepatah Arab “Ilmu itu seperti binatang buruan dan tulisan adalah talinya. Maka ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kuat.”

Kebaikan dalam hati bisa hilang bila tak diikat. Maka ikatlah dengan tulisan. Meski kita telah pergi, tulisan kebaikan itu akan tetap tinggal, mengalirkan pahala, dan menumbuhkan kebaikan-kebaikan baru.

Mari kita jadikan tulisan sebagai ladang amal. Jangan menunggu sempurna untuk menulis.

Karena terkadang, tulisan kita bisa menjadi penyambung hidayah bagi orang lain, bahkan saat kita sendiri sedang berproses menuju lebih baik. Jangan pernah meremehkan satu kalimat kebaikan, karena boleh jadi itulah sebab keselamatan kita di akhirat.

Reporter : Fathurrahim Syuhadi