Bahagia dan Membahagiakan Orang Lain: Konsep Islami yang Perlu Diamalkan

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan. Namun kebahagiaan dalam Islam bukan hanya sebatas pada kenikmatan pribadi, melainkan juga pada kemampuan untuk membahagiakan orang lain.

Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah ketika hati dipenuhi rasa syukur dan tangan digunakan untuk memberi manfaat bagi sesama. Maka dari itu, bahagia dan membahagiakan orang lain bukan hanya anjuran moral, tetapi juga merupakan konsep Islami yang perlu terus diamalkan.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.(QS. Al-Ma’idah: 2)

Ayat ini menegaskan pentingnya peran kita dalam memberi kebaikan kepada orang lain. Membahagiakan orang lain adalah bagian dari amal kebaikan yang bernilai ibadah.

Memberikan senyuman, menolong yang kesulitan, memberi hadiah, atau sekadar hadir mendengarkan keluh kesah, semua itu merupakan bentuk implementasi ajaran Islam yang berpahala.

Rasulullah Saw bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)

Hadis ini memberikan dorongan kuat bagi umat Islam agar terus menebar manfaat dan kebahagiaan. Bahkan Rasulullah sendiri adalah teladan dalam hal ini.

Beliau dikenal sangat dermawan, penuh kasih sayang, dan selalu memperhatikan kebahagiaan para sahabat serta masyarakat sekitarnya.

Konsep kebahagiaan dalam Islam tidak bersifat egoistik. Islam tidak mengajarkan untuk hanya mencari kesenangan pribadi semata.

Justru dalam memberi dan menebar kebahagiaan kepada orang lain, kita akan mendapatkan kebahagiaan yang jauh lebih besar dan bermakna.

Hal ini selaras dengan pepatah “Kebahagiaan sejati bukan pada apa yang kamu miliki, tapi pada apa yang kamu berikan.

Ketika kita membahagiakan orang lain, sesungguhnya kita sedang menanam kebaikan di hati mereka. Dalam waktu yang bersamaan, kita sedang menumbuhkan kedamaian di hati kita sendiri.

Hati yang tenang, jiwa yang lapang, dan senyuman yang tulus adalah bentuk nyata dari kebahagiaan yang diberkahi.

Sebagaimana dikatakan oleh seorang ulama besar, Ibn Qayyim Al-Jauziyyah
“Kebahagiaan itu tergantung pada kualitas hubunganmu dengan Allah, dan bagaimana engkau memberi manfaat pada makhluk-Nya.”

Membiasakan diri membahagiakan orang lain juga melatih keikhlasan dan menumbuhkan empati. Dalam lingkungan keluarga, tetangga, teman kerja, bahkan kepada orang yang tidak dikenal, Islam mendorong kita untuk menjadi pribadi yang peduli, pemaaf, dan penuh kasih sayang.

Mari kita jadikan hidup ini bukan hanya untuk mengejar bahagia, tetapi juga untuk menjadi penyebab kebahagiaan orang lain. Karena dalam Islam, membahagiakan orang lain adalah pintu keberkahan dan salah satu jalan menuju ridha Allah Swt.

Jangan lelah berbuat baik, sebab bisa jadi satu senyuman atau satu bantuan kecil darimu menjadi alasan seseorang menguatkan diri untuk tetap hidup.

Dengan demikian, mari terus kita amalkan konsep Islami ini: bahagia dan membahagiakan adalah bentuk ibadah, amal jariyah, sekaligus cerminan akhlak mulia seorang Muslim.

Reporter Fathurrahim Syuhadi