LAMONGAN lintasjatimnews – Berbaik sangkalah, karena siapa yang hatinya jernih, akan selalu menemukan cahaya dalam setiap kejadian. Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhkan diri dari prasangka buruk.
Dalam hidup ini, kita kerap menghadapi situasi yang tidak kita pahami sepenuhnya. Ucapan orang yang menyinggung, sikap yang tak kita mengerti, atau keadaan yang tampak tidak sesuai harapan.
Di sinilah, hati manusia diuji. Apakah ia akan memilih berprasangka baik (husnuzan), atau terjerumus dalam prasangka buruk (su’uzan).
Jangan berprasangka buruk. Sebab prasangka buruk adalah racun bagi hati, penghalang bagi kedamaian, dan penyebab rusaknya silaturahmi. Berprasangka buruk melukai dua kali yakni kepada orang lain, dan kepada dirimu sendiri
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa…” (QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini tegas melarang kita dari menaruh prasangka. Karena dalam banyak kasus, prasangka tidak dibangun atas dasar bukti, melainkan asumsi dan hawa nafsu.
Prasangka buruk terhadap sesama adalah langkah awal dari keretakan hubungan dan tumbuhnya kebencian.
Rasulullah Saw bersabda “Jauhilah prasangka, karena prasangka adalah perkataan paling dusta. Jangan mencari-cari kesalahan, jangan saling memata-matai, jangan saling iri, jangan saling membenci, dan jangan saling memunggungi. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara (HR. Bukhari dan Muslim)
Prasangka buruk tak hanya melukai hubungan antar manusia, tetapi juga menjadi penghalang bagi kedekatan kita dengan Allah. Hati yang penuh prasangka buruk adalah hati yang gelisah, curiga, dan sulit bersyukur.
Sebaliknya, prasangka baik akan membuat hati tenang dan bersih. Ketika kita melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, husnuzan menuntun kita untuk berpikir positif. Barangkali ia sedang lelah, mungkin ia sedang diuji, atau bisa jadi ada hal baik yang belum kita pahami.
Untuk itu, jangan menilai seseorang hanya dari satu sisi kisahnya, karena kita pun tak ingin dinilai dari satu kesalahan saja.
Bahkan terhadap Allah, kita diperintahkan untuk selalu berbaik sangka. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.(HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kita berprasangka baik bahwa Allah akan memberi pertolongan, maka pertolongan itu akan datang. Jika kita yakin Allah akan memaafkan, maka ampunan-Nya akan menghampiri. Tapi jika kita berprasangka buruk, maka itulah yang akan menutup pintu-pintu rahmat-Nya.
Berprasangka buruk hanya akan memberatkan hati. Menjauhkan kita dari saudara, dan menjerumuskan dalam dosa.
Jangan cepat menilai, karena setiap orang menyimpan cerita yang belum tentu kau pahami. Maka bersihkanlah hati, latih diri untuk husnuzan. Percayalah bahwa kebaikan akan lebih mudah hadir dalam hidup yang dipenuhi dengan pikiran baik.
Berprasangka buruk hanya akan membebani hati. Lapangkanlah dadamu dengan husnuzan, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Orang yang suka berprasangka buruk, akan kehilangan ketenangan sebelum ada alasan untuk gelisah.
Semoga Allah Swt. menjadikan kita hamba-Nya yang lembut hati. Bersih dari prasangka, dan selalu dekat dengan kebaikan. Aamiin.
Reporter Fathurrahim Syuhadi