LAMONGAN lintasjatimnews – Dalam hidup yang penuh gejolak ini, setiap manusia pasti mencari ketenangan. Ada yang mencarinya dalam harta, jabatan, popularitas, atau pelarian sesaat.
Namun sering kali semua itu justru melahirkan kegelisahan yang lebih dalam. Sebab ketenangan sejati bukanlah hasil dari dunia yang tenang, tapi hati yang terpaut kepada Allah.
Semua usaha untuk berdamai dengan kenyataan akan sia-sia jika kita menjauh dari Sang Pemilik Kehidupan. Ketenangan tidak bisa dibeli, tidak bisa diwariskan, dan tidak bisa dipaksakan.
Ia hanya bisa diperoleh saat hati bersandar penuh kepada Allah. Dalam nama-Nya ada penghiburan, dalam kasih-Nya ada kelegaan, dan dalam takdir-Nya ada kebaikan—yang mungkin belum kita pahami hari ini.
Allah Swt. Berfirman “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ayat ini menjadi fondasi utama bahwa kedekatan kepada Allah adalah sumber ketenteraman jiwa. Jika hati jauh dari-Nya, sebesar apa pun dunia kita miliki, hidup tetap terasa hampa. Namun saat hati dekat dengan Allah, bahkan dalam kekurangan pun, jiwa bisa merasa cukup dan lapang.
Dekat dengan Allah bukan hanya soal ibadah formal seperti shalat atau puasa. Ia soal keterhubungan hati. Tentang bagaimana kita menyandarkan segala keputusan kepada-Nya.
Tentang bagaimana kita lebih sering mengadu kepada-Nya daripada kepada manusia, tentang bagaimana kita yakin bahwa semua yang terjadi adalah dalam kendali dan kasih sayang-Nya.
Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Jika ia berprasangka buruk, maka ia akan mendapatkannya (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan bahwa keyakinan dan hubungan batin kita dengan Allah sangat menentukan rasa tenang dalam hidup. Semakin kuat iman kita, semakin ringan beban hidup terasa, karena kita tahu: kita tidak sendirian. Kita dijaga, dituntun, dan dicintai.
Shalat, dzikir, tilawah, dan doa bukanlah sekadar rutinitas, tapi jembatan batin menuju Allah. Semakin sering hati kita terhubung dengan-Nya, semakin damai rasanya hidup. Bahkan ketika dunia terasa menyesakkan, nama Allah adalah penenang yang tak tergantikan.
Allah Swt berfirman “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al-Baqarah : 152)
Maka, mari mendekat kepada Allah. Bukan karena kita sudah baik, tapi karena kita butuh. Karena hanya dalam dekat dengan-Nya, kita bisa merasakan ketenangan yang tak bisa dijelaskan, tapi sungguh nyata.
Tenang bukan berarti hidup tanpa badai, tapi karena kita yakin Allah adalah pelindung di tengah badai. Saat hati sibuk mengingat Allah, dunia tidak lagi terasa menakutkan.
Reporter Fathurrahim Syuhadi








