LAMONGAN lintasjatimnews – Dunia ini bukan panggung sandiwara yang bisa kita atur sekehendak hati. Ia berjalan dengan hukum-hukum Ilah. Ada suka dan duka, bahagia dan luka, jatuh dan bangkit, menang dan kalah. Tidak semua yang kita rancang menjadi kenyataan.
Tidak semua harapan berujung kebahagiaan. Hidup kadang menuntun kita pada jalan yang tak kita pilih, menghadapkan kita pada situasi yang sulit dimengerti.
Tak sedikit orang yang merasa hidupnya tak seindah harapan. Cita-cita yang diperjuangkan bertahun-tahun bisa runtuh hanya dalam sekejap. Hubungan yang dipelihara penuh cinta bisa berakhir dengan perpisahan.
Orang-orang yang kita sayangi bisa pergi tanpa pamit. Keadaan bisa berubah drastis, dan kita tak punya kuasa untuk mencegahnya. Inilah kenyataan hidup. Ia tidak selalu ramah. Ia tidak selalu sesuai dengan narasi yang kita tulis dalam kepala kita.
Namun di balik segala kepahitan itu, selalu ada hikmah yang Allah sisipkan. Mungkin tak langsung terasa, mungkin tak mudah dilihat. Tetapi bila kita membuka hati, akan tampak bahwa hidup selalu menyimpan ruang untuk tumbuh dan belajar.
Setiap kegagalan mengajarkan kita untuk lebih rendah hati. Setiap luka membuat kita lebih peka terhadap penderitaan orang lain.
Setiap kehilangan mengingatkan kita bahwa tiada yang abadi di dunia ini, selain cinta dan amal yang tulus karena Allah.
Salah satu karunia terbesar yang sering terabaikan adalah kemampuan manusia untuk belajar dari pengalaman. Ketika kenyataan hidup tidak berjalan sesuai rencana, kita diberi peluang untuk merenung.
Apa yang bisa kita pelajari? Apa yang harus kita perbaiki? Apa yang bisa kita maknai?
Kenyataan hidup, meski pahit, sering kali membuka jalan baru yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Banyak orang menemukan misi hidupnya justru setelah jatuh. Banyak jiwa menjadi lebih matang setelah diuji.
Banyak hubungan menjadi lebih kuat setelah melewati konflik. Bahkan, banyak orang menemukan makna spiritual yang lebih dalam justru saat dunia tidak memberinya apa-apa.
Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Ini bukan sekadar janji, tetapi prinsip kehidupan. Kesulitan adalah alat untuk membersihkan jiwa. Ia ibarat api yang membakar karat, meninggalkan logam yang lebih murni.
Tanpa kesulitan, manusia bisa menjadi sombong, lalai, dan merasa cukup dengan dunia. Padahal, dunia hanyalah tempat ujian yang sementara.
Reporter : Fathurrahim Syuhadi








