Menumbuhkan Budaya Baca-Tulis Sejak Dini

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Budaya baca-tulis merupakan dasar dari peradaban yang maju. Kemampuan membaca dan menulis bukan hanya keterampilan akademik, tetapi merupakan alat penting untuk memahami dunia, mengekspresikan gagasan, dan membentuk karakter.

Oleh karena itu, menumbuhkan budaya baca-tulis harus dimulai sejak usia dini, ketika anak sedang berada dalam fase emas perkembangan kognitif, bahasa, dan sosial.

Anak-anak yang dikenalkan pada aktivitas membaca dan menulis sejak dini memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh menjadi pembelajar yang aktif, kritis, dan kreatif.

Literasi yang diperkenalkan dengan cara yang menyenangkan di masa kecil akan melekat menjadi kebiasaan dan bagian dari gaya hidup saat dewasa kelak.

Usia 0–6 tahun dikenal sebagai masa emas (golden age) perkembangan otak. Pada fase ini, otak anak sangat responsif terhadap rangsangan. Aktivitas membaca dan menulis memberikan stimulasi yang kuat untuk perkembangan bahasa, daya ingat, dan logika.

Anak yang dibacakan buku secara rutin akan memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak dan kemampuan komunikasi yang lebih baik.

Memperkenalkan literasi sejak dini bukan untuk membuat anak cepat bisa membaca atau menulis secara teknis, melainkan untuk menumbuhkan rasa suka dan akrab terhadap kegiatan literasi. Jika sejak kecil anak merasa bahwa membaca dan menulis adalah aktivitas yang menyenangkan, maka di kemudian hari mereka akan melakukannya tanpa paksaan.

Di era digital dan informasi, kemampuan literasi menjadi keterampilan dasar yang menentukan keberhasilan akademik dan sosial. Anak-anak yang terbiasa membaca dan menulis akan lebih mudah memahami pelajaran di sekolah, mengekspresikan pendapat, dan menyelesaikan masalah secara mandiri.

Budaya baca-tulis tidak bisa tumbuh tanpa dukungan lingkungan, terutama keluarga. Orang tua adalah role model pertama dan paling berpengaruh dalam hidup anak.

Jika anak melihat orang tuanya gemar membaca, menulis catatan, atau berdiskusi buku, maka mereka akan meniru dengan alami.

Selain itu, keterlibatan sekolah, guru PAUD, dan komunitas literasi juga sangat penting. Sekolah bisa menyediakan pojok baca yang menarik, membuat program mendongeng mingguan, atau mengadakan lomba menulis cerita anak.

Komunitas bisa menginisiasi taman baca, kelas dongeng, atau bazar buku murah agar anak-anak semakin dekat dengan dunia literasi.

Menumbuhkan budaya baca-tulis sejak dini bukan pekerjaan instan. Melainkan proses bertahap yang perlu dilakukan dengan cinta, ketelatenan, dan kreativitas.

Anak-anak yang tumbuh dengan kebiasaan membaca dan menulis akan memiliki bekal yang kuat untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, komunikator yang baik, dan pemimpin yang bijak.

Mari kita mulai dari langkah sederhana—membacakan satu cerita setiap malam, menyediakan satu rak buku di ruang tamu, atau menulis surat kecil bersama anak.

Dari kebiasaan kecil ini, kita sedang membangun peradaban yang besar. Generasi literat yang siap menyongsong masa depan dengan percaya diri dan penuh makna.

Reporter Fathurrahim Syuhadi