Stafsus Mendes PDT Yahdil Abdi Harahap: Save Soil Penting Bagi Desa dan Ketahanan Pangan

Listen to this article

JAKARTA lintasjatimnews – Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) menyelenggarakan diskusi publik pada Senin, 23 Juni 2025 di Ruang Apung Perpustakaan UI, yang bertajuk “Save Soil” (Selamatkan Tanah), dengan mengundang aktivis gerakan “Save Soil” yaitu Sahil Jha.

Pemuda kelahiran India berusia 19 tahun ini merupakan aktivis dan penggerak “Save Soil”, ia sudah melakukan perjalanan sepanjang 20 ribu kilometer di 4 benua dengan bersepeda untuk mempromosilan gerakan “Save Soil”.

Staf Khusus Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yahdil Abdi Harahap, SH, MH yang menjadi salah satu narasumber dalam acara diskusi tersebut menyampaikan kepentingan desa terkait gerakan “Save Soil” karena hampir seluruh masyarakat desa hidup bergantung pada tanah, dari mulai bertani, berkebun, dan lain sebagainya.

“Masyarakat desa sangat berkepentingan atas kesehatan tanah. Aktifitas ekonomi masyarakat desa sebagian besar bergantung pada tanah, baik itu untuk pertanian dan perkebunan, dalam melakukan kegiatan ekonomi, dan juga sosial, sangat bergantung pada Soil Health,” katanya.

Menurut Yahdil, jika tanah sehat, maka air akan mudah didapat, jadi selain manejemen mengenai pengolahan tanah, agar tanah tetap sehat, juga perlu ada manejemen air, termasuk pengolahan Daerah Aliran Sungai (DAS).

“Untuk kepentingan itu, Kemdes PDT dibawah kepemimpinan Pak Yandri Susanto secara terus-menerus melakukan kerjasama dengan Kementerian dan Lembaga lain, termasuk World Bank, untuk meningkatkan kualitas tanah di pedesaan agar terwujud food security dan desa berketahanan iklim”, tuturnya.

Lebih lanjut, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) menuturkan, bicara tanah, sesungguhnya kita sedang membicarakan sumber kehidupan.

“Tanah adalah fondasi dari hutan, pertanian, dan seluruh sistem pangan yang menyuplai udara bersih, oksigen, dan ketahanan pangan,”

Oleh karena itu, Yahdil mengingatkan bahwa tanah adalah jawaban dari banyak pertanyaan yang kita miliki hari ini.

“Tanah yang rusak tidak pulih dalam hitungan bulan atau tahun, butuh waktu ratusan tahun. Itulah mengapa pencegahan jauh lebih penting dari restorasi,” pungkasnya.

Sebagai informasi, narasumber lainnya yang memberikan paparan dalam kegiatan ini adalah, Dr. Nico Wanandi yang merupakan ahli tanah dari Australia, Dr. Mahawan Karuniasa yang merupakan pakar Lingkungan dari Sekolah Ilmu Lingkugan (SIL) UI, Psikolog Tika Bisono.

Reporter : Edo Lembang