SURABAYA lintasjatimnews – Di usia makin senja, wartawan senior Amang Mawardi (71) terus bergerak. Hasilnya, karya bukunya yang ke-17, “Seperti Obrolan di Warung Kopi” Jumat kemarin (27/12) sudah diluncurkan di Balai Wartawan Graha A. Azis, Jl Taman Apsari Surabaya, dihadiri banyak tokoh wartawan senior dan pecinta buku.
“Jika di dunia perguruan tinggi, pak Amang ini sudah layak mendapat gelar Profesor” komentar Dr Dhimam Abror Djuraid, editor dan pembahas buku yang juga Ketua Dewan Pakar PWI Pusat tersebut.
Buku setebal 211 halaman ini diterbitkan oleh penerbit Pagan Press, memuat kumpulan 40 tulisan features story telling. Tulisan-tulisan tersebut sudah pernah dimuat secara teratur di salah satu media online, dalam kurun waktu Juni 2022 sampai September 2024. Amang membagi bukunya dalam dua bab, masing-masing 20 judul features. Bab pertama ia namakan Peristiwa. Membahas kejadian sehari-hari dari kacamatanya sebagai seorang jurnalis. Sedangkan pada bab kedua, Tokoh, Amang mengisahkan pertemanannya dengan berbagai tokoh, mulai seniman, wartawan sampai pejabat.
Tulisan features berjudul “Akibat Wong Lanang Kakehan Polah” misalnya, mengangkat kisah di salah satu Griya Lansia di Kabupaten Malang. Menurut pimpinan panti lansia tersebut, sebagian besar lansia yang ditampung adalah lelaki yang di masa mudanya “kakehan polah”, meninggalkan anak istri bertahun-tahun tanpa nafkah. Setelah usia menua dan tidak berdaya lagi, si lelaki ditolak kembali ke keluarganya, akibatnya terpaksa tidur di tempat pembuangan sampah.
“Tulisan-tulisan mas Amang ini ringan, seperti obrolan di warung kopi, namun mempunyai pesan yang dalam” komentar Lutfil Hakim, Ketua PWI Jatim, yang juga sebagai pembahas launching buku ke-17 tersebut.
Buku ini juga dilengkapi paparan tulisan Dhimam Abror tentang story telling. Menurut dosen Unitomo tersebut, di dunia kepenulisan maupun dunia jurnalistik, story telling merupakan genre yang masih tetap populer sampai sekarang, dan sampai kapanpun. Bahkan, majalah Tempo yang menjadi pioner jurnalisme sastrawi menerapkan teknik story telling dalam penulisannya.
Sedangkan titik temu antara jurnalistik dengan story telling adalah, Jurnalistik mencari kebenaran melalui liputan dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan pengkayaan melalui riset. Sementara itu, story telling berperan untuk menyampaikan fakta secara sederhana dan apa adanya, tulis Abror.
Acara peluncuran buku yang dipandu Toto Sonata itu juga ibarat reuni para wartawan senior. Beberapa tokoh wartawan senior tampak hadir. Antara lain, Tjuk Suwarsono (mantan Wapemred harian Surabaya Post), Budiono Santoso (mantan Dirut TVRI Pusat), Yusron Aminulloh (CEO De Durian Park), Widodo Basuki (Pemred Majalah berbahasa Jawa “Jaya Baya”) dan sederet nama lainnya.
Amang Mawardi memulai karir sebagai koresponden harian Pos Kota sejak 1975, sambil kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (kini Stikosa AWS), kemudian melanglang di beberapa surat kabar. Antara lain Mingguan Surya dan sempat menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Bank Jatim. Tahun 2002 ia menerima penghargaan dari Gubernur Jatim kategori Penggerak Kesenian. Kini, bersama komunitas Wartawan Usia Emas (Warumas), sedang mempersiapkan penerbitan buku Antologi Puisi yang ketujuh.
Reporter: ahmadh