BLITAR lintasjatimnews – Budidaya tanaman nabati seperti melon, bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika dilakukan dengan metode konvensional, mengandalkan ilmu perkiraan. Di samping permasalahan seputar bercocok tanam, masalah lain seperti pemasaran juga kerap dikeluhkan oleh petani. Menangkap berbagai masalah dan kendala yang dihadapi oleh petani melon di Blitar, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, melalui program Matching Fund (MF) menghibahkan Prototipe Sistem IoT dan Aplikasi Monitoring Tanaman Melon, yang disebut Replon Dashboard, minggu lalu 22/11.(27/11/24).
Ronny Susetyoko, S.Si, M.Si.Ketua Program MF menyampaikan jika tim PENS sebelumnya telah menelaah permasalahan yang dialami oleh petani melon sejak setahun terakhir. “Pertanian merupakan sektor penting di Kecamatan Wates Blitar, dengan produk Melon. Dan, sektor ini membutuhkan sentuhan teknologi mulai dari cara menanam, pemupukan, perawatan, hingga panen dan pemasaran, “tegas Ronny.
Replon Dashboard terdiri atas Aplikasi Android yang memuat tampilan web untuk login petani dan monitoring, sistem kontrol (rangkaian elektronika) dan sistem sensor tanah serta udara yang dapat membantu pengukuran suhu dan kelembaban udara.
Untuk menanam melon dibutuhkan kondisi tanah yang kondusif unsur hara nya. Melalui sensor tersebut, dapat diukur pula komposisi NPK tanah. Setelah dipastikan kondisi tanah baik, maka tahap berikutnya akan dilakukan penanaman. Pasca penanaman, tanaman melon akan dimonitor tumbuh dan kembangnya hingga menghasilkan buah.
Menurut Ilham Zulfahmi, S.Pd.,Ketua kelompok tani Repubik Melon di Wates ada banyak petani melon yang memiliki banyak masalah, mulai penanaman hingga penjualan. “Di kelompok tani Republik Melon, ada 70 an anggota, namun yang sudah masuk ke data base sekitar 50 an, dan rata-rata memiliki banyak masalah dan yang paling menonjol permasalahan produktivitas,” katanya.
Produksi melon dari petani menurun panennya, sementara kebutuhan pasokan tetap harus terpenuhi. Untuk mengatasi hal itu kadang dilakukan peremajaan tanah melalui penanaman tanaman Lombok dan tomat, meski belum diketahui efektivitasnya.
Sebagai ilustrasi, pada tahun pertama penanaman di lahan green house seluas 10m x 50 m, terdapat sekitar 1000 pohon dengan kapasitas panen 1 buah/ pohon, berat 2 kg.
Di tahun kedua, mulai menunjukkan adanya penurunan dan di tahun ketiga penurunan pun terjadi antara 30%-50%, dan bahkan ditemui kondisi sama sekali tidak panen.
“Dengan adanya sistem IOT ini, saya berharap dapat meningkatkan produksi melon kelompok tani Republik Melon, secara di wilayah ini terdapat 350 bangunan green house, yang dimiliki oleh 70an orang petani. Mewakili kelompok tani, saya sampaikan terima kasih kepada tim PENS,” imbuhnya.
Pada saat yang sama, dilakukan pula pendampingan alih teknologi kepada perwakilan petani yang hadir pada kegiatan tersebut. Setiap petani yang akan menggunakan prototipe akan didata dan dibuatkan akun. Melalui akun tersebut, petani dapat memonitor kebunnya masing-masing tanpa mengunjungi kebun. Dan jika sudah tiba masa panen, petani di Kecamatan Wates juga dapat memonitor jumlah dan distribusinya.
Reporter: ahmadh